Ad imageAd image

Ramadan 2023 Muhammadiyah dan NU Diprediksi Puasa Bareng, Kemenag Jateng: Insyaallah Tidak Ada Perbedaan

Athok Mahfud
By Athok Mahfud 1k Views
4 Min Read
Ilustrasi umat Islam sedang melaksanakan salat tarawih berjamaah. (Foto: Unsplash.com)

INDORAYA – PP Muhammadiyah telah menentukan 1 Ramadan 1444 Hijriah akan jatuh pada 23 Maret 2023. Sedangkan pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU) harus menunggu sidang isbat yang menggunakan metode rukyatul hilal pada 22 Maret 2023 untuk menentukan awal puasa Ramadan.

Meskipun begitu, Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) memprediksi di tahun ini Muhammadiyah dan NU akan memulai puasa Ramadan secara berbarengan. 1 Ramadan 1444 Hijriyah diperkirakan jatuh pada Kamis 23 Maret 2023.

Kepala Bidang Urusan Agama Islam (Urais) Kanwil Kemenag Jateng Zaenal Fatah memprakirakan, Muhammadiyah dan NU akan menetapkan 1 Ramadan 1444 Hijriyah pada 23 Maret 2023. Hal ini didasarkan pada metode penentuan hilal yang digunakan kedua Ormas tersebut.

“Kalau tahun ini kemungkinan gak ada perbedaan, karena hitungan hisab dan rukyat hampir berbarengan. Jadi Muhammadiyah menetapkan Ramadan 23 Maret berdasarkan hisab, kemudian NU nanti dengan metode melihat hilal. Jika hilal terlihat maka 1 Ramadan sama,” jelasnya kepada Indoraya melalui panggilan WhatsApp, Selasa (21/3/2023).

BACA JUGA:   Ade Bhakti ASN Pemkot Semarang Usai Dipanggil KPK: Tidak Usah Berspekulasi Aneh-aneh

Ia menerangkan, Muhammadiyah dan NU memiliki perbedaan metode dalam menetapkan awal puasa Ramadan. Penetapan NU didasarkan pada rukyatul hilal atau pengamatan bulan secara langsung. Berbeda dengan Muhammadiyah yang menggunakan metode hisab atau perhitungan astronomis.

“Kalau Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadan berdasarkan hisab atau hitungan. Kalau hilal sudah di atas ufuk, maka sudah jatuh 1 Ramadan. Kalau NU belum menetapkan 1 Ramadan kalau belum melihat hilalnya,” kata Zaenal.

“Jadi ada perbedaan di situ, sehingga Muhammadiyah awal Ramadan berdasarkan hitungan hilal. Tapi kalau NU meskipun nampak hilal harus dilihat dulu atau dirukyat, supaya betul-betul hilal itu ada,” imbuhnya.

Sementara berdasarkan penghitungan ilmu astronomi, posisi hilal saat matahari terbenam pada 22 Maret 2023 diperkirakan sudah mencapai 7 derajat. Sehingga kemungkinan besar hilal dapat dilihat dengan metode rukyat jika tidak tertutup oleh awan mendung.

BACA JUGA:   8 Sayap Partai Gerindra Jateng Janji Menangkan Prabowo Subianto di Pilpres 2024 

“Kalau tahun ini Alhamdulillah hilal di atas 3 derajat, 7 derajat. Ini kemungkinan terlihat dari seluruh wilayah Indonesia. Jadi Insyaallah tidak ada perbedaan antara Muhammadiyah dan NU. Kemungkinan puasanya bareng, Insyaallah,” ujarnya.

Lanjutnya, jika posisi hilal dapat dilihat di saat matahari terbenam pada tanggal 22 Maret, kemungkinan tidak ada perbedaan antara Muhammadiyah maupun NU dalam menetapkan awal Ramadan. Dan pada saat malam itu juga umat Islam dari kedua Ormas bisa melaksanakan salat tarawih.

Namun jika tim rukyat di seluruh titik observasi bulan di Indonesia tidak melihat adanya hilal, maka penetapan awal puasa Ramadan bagi NU dilanjutkan dengan metode istikmal. Yaitu menggenapkan bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari.

“Kalau hari Rabu tim berhasil melihat hilal berati besok hari Kamis ditetapkan 1 Ramadan. Kalau se-Indonesia tidak ada semuanya yang melihat hilal maka digenapkan 30 hari di bulan Sya’ban,” kata Zaenal.

BACA JUGA:   Sejumlah ASN Pemprov Jateng Hadiri Konsolidasi PDIP, Ganjar: Saya Nggak Tahu

Meskipun begitu, pihaknya meminta masyarakat untuk tetap menunggu hasil sidang isbat oleh Kemenag RI setelah dilakukan rukyatul hilal di seluruh titik observasi bulan. Pada sidang isbat nanti akan diumumkan penentuan 1 Ramadan tahun 1444 Hijriyah.

Zaenal meminta agar penentuan awal Ramadan yang seringkali terjadi perbedaan antara NU dan Muhammadiyah tidak perlu dipersoalkan karena keduanya memiliki dasar masing-masing. Justru ini seharusnya dijadikan sarana pembelajaran untuk menghormati satu sama lain.

“Pemerintah memfasilitasi pemeluk agama untuk melaksanakan syariatnya. Meskipun ada pihak lain yang menetapkan terlebih dahulu tidak dilarang. Contohnya Jemaah Naqsyabandiyah tadi malam (Senin 20 Maret: red) sudah terawih untuk 1 Ramadan. Yang terpenting harus sama-sama saling menghormati dalam menjaalankan syariat agama Islam,” pungkasnya.

Share this Article
Leave a comment