INDORAYA – Dewan Kesenian Semarang (Dekase) dan Komunitas Transformasi Kota (Kotta) memamerkan sebanyak 476 foto karya pelajar di Kota Semarang. Pameran bertajuk “Click” ini berlangsung dua hari, mulai 26 hingga 27 Mei 2023 di Gedung Oudetrap Kota Lama Semarang.
Pameran ini bertujuan untuk memotret transformasi Kota Semarang. Beragam fenomena berhasil terabadikan. Mulai dari tempat-tempat bersejarah seperti Kota Lama, Lawang Sewu, kompleks Pecinan, maupun bangunan-bangunan megah seperti hotel dan mall.
Ada juga gelaran kesenian dan kebudayaan, kondisi kepadatan transportasi di jalan protokol, dan aktivitas keseharian masyarakat. Tidak hanya itu, ada pula potret pemandangan alam seperti area persawahan, hutan, dan wisata alam.
Ketua Dewan Kesenian Semarang (Dekase) Adhitia Armitrianto mengatakan, 476 foto yang dipamerkan tersebut merupakan hasil jepretan pelajar di empat sekolah. Yaitu SMAN 4 Semarang, SMAN 5 Semarang, SMAN 16 Semarang, dan SMA 2 Kesatrian Semarang.
“Ini merupakan tindak lanjut dari Workshop di empat sekolahan tersebut. Ini masih berkaitan dengan peringatan HUT ke-476 Kota Semarang, makanya ini ada 476 foto,” tuturnya saat ditemui Indoraya.news di Gedung Oudetrap Kota Lama, Jumat (26/5/2023) sore.

Ia mengatakan, masing-masing pelajar di empat sekolah mengumpulkan sebanyak 119 foto. Pelajar di masing-masing SMA memotret kondisi di dekat wilayah sekolahnya. Sehingga karya foto yang dipamerkan pun beragam.
“Mereka kami sarankan memotret di lingkungan masing-masing. Misal SMA 16 kan di Mijen, mungkin kondisinya masih hijau, ada sawah. Ini menggambarkan kalau Semarang punya beragam kondisi. Kotanya semakin metropolis, tapi ada juga yang hijau,” beber Adhitia.
Selain untuk meningkatkan skill fotografi, ia berharap pelajar bisa meningkatkan kepekaan sosial, terutama kondisi Kota Semarang. Pasalnya potret kali ini bisa jadi akan mengalami perubahan di tahun-tahun mendatang.
Di lain pihak, Direktur Eksekutif Komunitas Transformasi Kota (Kotta) Vivin Sriwahyuni mengatakan, melalui beragam foto yang dipamerkan, wajah dan transformasi Kota Semarang dapat dilihat. Pasalnya setiap foto menampilkan kondisi suatu objek.
“Melalui foto kita bisa menangkap wajah kota Semarang seperti apa. Kita bisa melihat Kota Semarang dari lanskap kamera. Kita bisa menganalisa sebenarnya permasalahan apa yang bisa ditangkap,” katanya.

Menurutnya, berdasarkan foto dalam pameran tersebut, konsep kota tidaklah melulu soal bangunan gedung-gedung maupun pembangunan. Melainkan juga menunjukkan kondisi sosial-politik dan keberagaman budaya.
“Kebanyakan dari anak-anak fotonya human interest, aktivitas, awan, lanskap atas, kepadatan transportasi, sekolahan juga. Konsep kota bis dilihat dari sosial-politik dan budaya, kayak di kawasan Pecinan,” ungkap Vivin.
“Kalau saya melihat ada perubahan di kota ini, seperti kepadatan Semarang sudah padat. Tapi ada juga sisi hutan. Dan kalau malam ternyata menarik di Semarang, apalagi di Pecinan, budayanya kan menarik,” imbuhnya.
Sementara itu, Lu’luil Maknun (24), warga Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, mengaku tertarik dengan foto-foto dalam pameran tersebut. Menurutnya juga lengkap memotret beragam fenomena di Kota Semarang.
“Saya tadi lihat-lihat cukup lengkap sih fotonya, hampir setiap wilayah di Kota Semarang ada. Kalau saya paling suka yang bagian bangunan tua bersejarah kaya Kota Lama gitu,” ungkap Maknun.