Ad imageAd image

Potret Perjalanan 20 Tahun Kolektif Hysteria Semarang dalam Film Legiun Tulang Lunak

Athok Mahfud
By Athok Mahfud 609 Views
3 Min Read
Premier film ‘Legiun Tulang Lunak’ Kolektif Hysteria di Gedung Thomas Aquinas, Unika Soegijapranata Semarang, Sabtu (16/11/2024) malam. (Foto: Dok. Hysteria)

INDORAYA – Sebanyak 260-an lebih penonton dari berbagai kalangan memenuhi Gedung Thomas Aquinas, Unika Soegijapranata, Kelurahan Bendan Duwur, Gajahmungkur, Kota Semarang dalam rangka premier film ‘Legiun Tulang Lunak’, Sabtu (16/11/2024) malam lalu.

Film berdurasi 55.32 menit itu bercerita tentang dinamika perjalanan Kolektif Hysteria, komunitas seni dan budaya di Semarang, yang sudah eksis selama 20 tahun. Film ini diproduksi oleh Semaya Production House.

Hysteria sendiri sebagai kolektif seni sudah aktif di Kota Semarang sejak 11 September 2004. Didirikan oleh Yuswinardi lalu diteruskan A Khairudin atau Adin. Kelompok ini tidak hanya mewarnai dinamika kehidupan seni budaya di Kota Semarang, tetapi juga mempengaruhi ekosistemnya.

Hal itu disampaikan Widyanuari Eko Putra, aktivis Klab Buku Semarang yang hadir memberikan testimoninya selepas pemutaran film. Dia mengapresiasi apa yang sudah dilakukan Hysteria selama 20 tahun.

“Kami sering capek dan rasanya mau berhenti di Semarang dalam mengelola komunitas, tapi tiap kali hendak berhenti lalu ada sepucuk undangan dari Hysteria yang mengapresiasi keberadaan kami, jadi terpantik lagi dan memikirkan ulang keberadaan kami sendiri,” katanya.

Acara ini dibuka oleh Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu dan dihadiri oleh Anggota DPR RI Samuel Wattimena, dan Bernadetta L. S. Agenda ini menjadi ajang reuni bagi pegiat seni dan budaya di kota lunpia.

Anggota DPR RI Samual Wattimena sangat mengapresiasi hadirnya film dokumenter ini di Semarang karena telah memberikan penanda dan juga inspirasi bagi pegiat lainnya.

“Selaku dewan yang membawahi urusan ekonomi kreatif, pariwisata, dan UMKM, apa yang dilakukan Hysteria sedianya bisa memantik keberanian bagi pegiat lain untuk terus konsisten di jalur yang mereka tekuni,” ujarnya.

Sementara itu Adin, selaku Direktur Kolektif Hysteria menambahkan, premier ini merupakan penutup atas rangkaian program di tahun 2024 sekaligus pembuka untuk program setahun mendatang.

“Kami masih menggarap konsep dan mencari sumber pendanaan untuk festival besarnya di tahun 2025 mendatang,” ucap dia.

Pihaknya mempersiapkan rangkaian festival, riset, dan simposium untuk penyelenggaraan sites specific art project biennale tahun ke lima dengan mengambil tema ‘Tulang Lunak Bandeng Juwana’.

Alih-alih kampanye produk makana, tulang lunak ‘Tulang Lunak Bandeng Juwana’ adalah manifesto seni yang dipromosikan Hysteria untuk menyikapi ekosistem seni dan budaya di Kota Semarang.

“Untuk bisa bertahan dan panjang umur, di Semarang kita perlu adaptif seperti bandeng yang telah dipresto, begitulah kami memaknai tulang lunak dalam kerja-kerja kebudayaan kami,” pungkas Adin.

Share This Article
Leave a Comment