INDORAYA – Kota Paris kini menjadi sorotan dunia karena ledakan populasi tikus, yang kini mencapai enam juta ekor. Jumlah tersebut lebih banyak nyaris 3:1 dengan jumlah populasi warga Paris yang hanya mencapai 2,1 juta orang.
Dengan kondisi tersebut, pemerintah kota Paris di Prancis berencana membentuk sebuah komite untuk melakukan penyelidikan apakah warga Paris harus mulai hidup berdampingan dengan tikus.
“Dengan panduan dari walikota, kami telah memutuskan untuk membentuk sebuah komite untuk masalah kohabitasi,” kata Anne Souyris, wakil walikota Paris untuk kesehatan masyarakat dikutip dari RT, Jumat (16/6/2023).
Kebijakan tersebut lantas menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan. Namun tak sedikit yang menilai kebijakan tersebut menjadi perubahan signifikan dari langkah-langkah yang sebelumnya pernah dilakukan Paris untuk mengatasi populasi tikus.
Di Paris, masalah tikus semakin parah setelah terjadi pemogokan nasional menentang peningkatan usia pensiun negara. Hal tersebut menyebabkan sampah menumpuk di jalanan dan menjadi sarang tikus.
Langkah kota Paris untuk mengatasi permasalahan populasi tikus bukanlah yang pertama kali. Pada tahun 2017 Paris bahkan mengeluarkan dana 1,8 juta dollar AS (Rp 26,8 miliar) untuk berbagai kebijakan anti-tikus. Beberapa di antaranya adalah kebijakan tempat sampah kedap udara hingga penggunaan racun tikus dalam skala besar.
Walau timbul pro kontra di tengah masyarakat, kelompok pecinta hewan yang ada di Prancis bernama Paris Animal Zoopolis (PAZ) mengatakan bahwa kebijakan tersebut jauh lebih baik dan efektif.
“Metode pengendalian tikus yang sebelumnya tidak efektif dan kejam. Metode terbaru ini sangat penting,” ujar pihak PAZ.
“Ketika kami berbicara tentang ‘hidup bersama’ dengan tikus. Kami tidak bermaksud tinggal bersama di rumah. Tetapi memastikan bahwa hewan-hewan ini tidak menderita dan kami tidak diganggu,” tambahnya lagi.