INDORAYA – Di setiap momentum Pemilu, politik identitas seringkali digunakan oleh suatu kelompok yang berkontestasi untuk mendapat pengakuan maupun legitimiasi dari kelompok yang ingin diwakilinya. Hal ini dilakukan agar kelompok itu mendapat dukungan politik.
Selain itu, politik identitas juga digunakan untuk mendiskreditkan atau menjelekkan lawan politik. Suatu kelompok tertentu biasanya menggunakan identitas Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA) untuk meraih banyak dukungan dari kelompoknya.
Namun Wakil Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPRD Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Denny Septiviant, memiliki pandangan berbeda terkait politik identitas. Menurutnya, saat ini banyak yang salah kaprah dalam memahami politik identitas.
Bagi PKB Jateng, politik identitas bukan suatu masalah jika digunakan dalam momentum Pemilu 2024. Menurutnya, politik identitas merupakan suatu ciri khas, karakteristik, maupun visi dari suatu partai politik.
Denny mengatakan, istilah politik identitas harus diterjemahkan lebih teknis lagi. Hal ini karena setiap partai politik memiliki ideologi dan identitas masing-masing. Antara satu partai dengan partai lainnya memiliki perbedaan.
“Menurut saya politik identitas harus diterjemahkan lagi lebih teknis, politik identitas tidak ada masalah kalau kita ngomong sebagai sebuah ciri-ciri atau visi misi politik, itu tidak masalah,” katanya, Selasa (31/10/2023).
“Itu gini, kita ngomong partai politik pasti mereka punya identitas sendiri, dan itu ga bisa dinafikan. Kalau mau diseragamkan jadi satu identitas kan ga menarik, buat apa punya partai banyak kalau identitas cuma satu,” imbuh Denny.
Meski begitu, menurutnya, hal yang tidak boleh digunakan partai politik atau calon pemimpin yaitu menggunakan identitas politik untuk memecah belah persatuan dan kerukunan masyarakat yang sudah terbangun dengan baik.
“Yang ga boleh itu kan menggunakan identitas politik untuk memecah belah sebagai isu yang menjadikan dentitas tertentu itu sebagai enemy politik,” ucap Anggota Komisi A DPRD Jateng tersebut.
Melihat dinamika Pemilu 2024, Denny Septiviant meyakini tiga pasangan calon akan bertarung, tidak akan menggunakan identitas untuk memecah belah persatuan bangsa. Namun jika para kandidat ingin menonjolkan suatu identitas tertentu, itu hal yang wajar.
“Jangan sampe perbedaaan itu menjadikan pemecah belah bangsa, wajar berbeda itu. Ke depan saya optmis isu SARA itu ga ada untuk memecah belah, yang jelas kalau mau dikatakan politik identitas itu baik atau tidak sejak awal pendirian parpol itu kan sudah berbeda,” katanya.
Menurut Denny, justru yang kerap kali menebar SARA ialah para pendukung yang ingin menjatuhkan lawan politik pasangan yang didukungnya. Hal ini kerap dilakukan oleh para buzzer di media sosial.
Lebih jauh dia juga mengajak pengguna media sosial untuk lebih cerdas dan bijak. Perbedaan pilihan harus disikapi dengan baik dan jangan sampai menimbulkan seniman yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa Indonesia.
“Temen-temen yang pake medsos itu dan buzzer itu menggunakan politik identitas untuk memecah belah. Ini yang ga boleh,” tandas Denny Septiviant.