INDORAYA – Petugas gabungan dari Dinas Pertanian Kota Semarang, Polrestabes Semarang, serta Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) melakukan pemeriksaan hewan ternak di lapak-lapak pinggir jalan kota ini menjelang Hari Raya Iduladha 2024.
Mereka menyasar tiga lokasi itu antara lain Srondol Wetan, Muktiharjo Kidul, dan Jolotundo.
Hasil pengecekan di Srondol Wetan dan Muktiharjo, petugas menyatakan di dua lokasi tersebut tidak ditemukan hewan kurban yang sakit. Bahkan, pedagang di dua lokasi itu juga mampu memperlihatkan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) secara lengkap.
Setelah dari Srondol Wetan dan Muktiharjo, petugas gabungan kemudian melanjutkan pengecekan kesehatan hewan kurban yang berlapak di Lapangan Jolotundo, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari.
Sesampainya di lokasi tersebut, petugas langsung mengecek mulai mulut, gigi, telinga hingga kaki kambing.
Di sana ditemukan 18 ekor kambing yang tidak layak. Antara lain dalam keadaan sakit dan beberapa belum cukup usia.
“Ini ada beberapa yang sakit, kalau manusia sejenis sariawan, (menyerang) di mulut. Berbahaya karena itu dari virus, sedini mungkin di lokalisir, infonya semalam belum, baru pagi ini,” jelas Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Disepertan Kota Semarang, Chairun Nisa saat ditemui awak media usai pemeriksaan di Jolotundo, Kamis (13/6/2024).
Secara ilimiahnya, Nisa, sapaan akrabnya itu menjelaskan nama penyakit yang menyerang belasan hewan kurban itu ialah cacar kambing. Menurutnya, penyakit tersebut muncul lantaran penyebaran virus dan imunitas hewan yang rendah.
Nisa menyebut, penyakit cacar kambing cukup parah sehingga belasan kambing tersebut harus dikembalikan ke daerah asal. Yaitu di Kabupaten Pati.
“Oleh pedagangnya sudah dilokalisasi, dipisah kadangnya, dan akan segera diganti dengan yang baru,” bebernya.
Ditanya apakah pedagang diberi denda atau sanksi setelah adanya penemuan belasan kambing sakit dan belum cukup umur, Nisa mengaku tidak akan memberikan denda atau sanksi. Melainkan, pihaknya sekadar memberikan edukasi terhadap pedagang.
Pasalnya, pedagang bersikap kooperatif dan mau mengembalikan kambing sakit itu.
“Tidak denda, ini untuk keberlangsungan mereka. Mudah-mudahan bisa segera dipindahkan dari lokasi penjualan di sini,” harapnya.
Sementara itu, sang pedagang, Nunung Wijayanti mengaku pagi harinya baru mengetahui hewan ternaknya itu sakit. Ketika itu, dia langsung memisahkan kambing-kambing yang sakit agar tidak menular ke kambing lainnya.
Nunung juga mengaku sebagian kambing yang sakit sudah laku. Untuk itu, ia akan menghubungi masing-masing pembeli untuk memilih kambing pengganti.
“Kita evakuasi, kita bawa pulang, yang sudah laku pembelinya kita hubungi untuk tukar. Kalau nggak ada ya yang ada di sini karena waktunya udah mepet,” ucapnya.