Petani Sawit Minta Pemerintah Buka Kran Ekspor CPO

Redaksi Indoraya
21 Views
2 Min Read
Ilustrasi minyak sawit mentah (dok. pixabay)
INDORAYA – Larangan ekspor yang diberlakukan oleh pemerintah usai ditemukannya mafia minyak goreng, berdampak pada petani sawit. Bahkan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) bersama forum mahasiswa sawit, menggelar aksi keprihatinan mereka di depan kantor Kementerian Kantor Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Selasa (17/5/2022).

Petani sawit menuyuarakan tuntutannya dan meminta pemerintah mencabut larangan ekspor Crude Palm Oil (CPO). Gulat Manurung, ketua APKASINDO menyatakan petani sawit Indonesia sedang sekarat.

“Kami dalam kondisi sekarat. Pabrik tidak ada lagi yang mau membeli TBS kami,” kata Gulat.

Gulat menerangkan pasokan minyak goreng melimpah di pabrik-pabrik. Hanya saja distribusinya terhambat dan tidak tersalurkan ke masyarakat. Akibatnya pabrik tidak mau membeli Tandan Buah Segar (TBS) dan membuat harganya jatuh.

“Rp 600 sampai Rp 1.200 per kilo,” kata Gulat menjelaskan anjloknya harga TBS saat ini.
Menurutnya harga TBS seharusnya sudah menyentuh Rp 4.500.

Gulat membandingkan harga TBS dengan Malaysia. Harga TBS di Malaysia sudah menyentuh Rp 6.500, sangat berbeda dengan di Indonesia.

Selain harga yang turun drastis, petani sawit khawatir dengan stok TBS di penyimpanan. Banyak TBS akan busuk yang semakin kondisi mereka.

Petani sawit menganggap Kemenko tidak mampu menyelesaikan masalah ini. Karena itu mereka berharap Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun tangan dan berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan.

Tuntutan utama petani sawit adalah pencabutan Pemendag Nomor 22 tahun 2022 tentang larangan ekspor CPO cs. Rencananya petani sawit akan menyambangi istana presiden siang ini.(FZ)

Share This Article