INDORAYA – Sejumlah wilayah di pesisir Pekalongan, Jawa Tengah (jateng) dilanda rob dengan ketinggian air mencapai sekitar 30-40 cm, pada Sabtu (13/5/2023).
Kepala Pusat Meteorologi Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Eko Prasetyo, mengatakan peristiwa ini terjadi akibat dampak dari fase pasang maksimal permukaan laut.
Sebelumnya BMKG mengelurkan peringatan dini pada (02/05/2023) dimana 20 wilayah pesisir diprediksi terkena banjir rob akibat fase purnama. Wilayah pesisir utara Jawa Tengah, termasuk Pekalongan, disebut berpotensi banjir rob pada 9-16 Mei.
Meski demikian, prediksi itu ada yang memang terjadi ada yang tidak/belum.
Eko mengatakan pihaknya telah mengeluarkan peringatan dini kepada para warga sehingga tidak terdapat korban jiwa dalam peristiwa ini.
“Sebagian besar warga juga sudah berupaya melakukan mitigasi sehingga tidak terdapat banyak kerugian harta benda maupun hasil perikanan darat di lokasi kejadian,” katanya Sabtu (14/5/2023).
Penyebab Banjir Rob
Dalam keterangan BMKG, fenomena fase Bulan Purnama pada tanggal 5 Mei 2023 berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum.
Sementara dikutip dari Instagram Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, fase purnama terakhir terjadi pada 6 Mei, fase perbani akhir 12 Mei, dan bulan baru 19 Mei.
Peneliti Bidang Dinamika Laut BRIN Dewi Surinati dalam makalahnya “Pasang Surut dan Energinya”, dikutip dari jurnal Oseana, mengungkapkan pasang-surut (pasut) air laut merupakan satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni suatu gerakan vertikal dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut.
Gerakan tersebut, katanya, disebabkan oleh pengaruh gravitasi antara bumi dan bulan, bumi, dan matahari, atau bumi dengan bulan dan matahari.
“Meskipun massa Bulan lebih kecil dari Massa matahari tetapi jarak bulan ke Bumi jauh lebih kecil, sehingga gaya tarik Bulan terhadap Bumi pengaruhnya lebih besar dibanding Matahari terhadap Bumi,” tulis Dewi.
Menurutnya, ada dua jenis pasang-surut air laut, yakni pasang-surut purnama dan perbani. Pertama, pasang-surut purnama (spring tide) terjadi ketika Bumi, Bulan, dan Matahari berada dalam satu garis lurus (Matahari dan Bulan berada dalam keadaan oposisi).
“Pada saat itu, akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah, karena kombinasi gaya tarik dari Matahari dan Bulan bekerja saling menguatkan. Pasang-surut purnama ini terjadi dua kali setiap bulan, yakni pada saat Bulan baru dan Bulan purnama (full moon)” tutur Dewi.