INDORAYA – Orang yang meninggal di air yang disebabkan oleh tenggelam atau penyebab lain, akan membuat jasadnya tenggelam. Namun ketika masih dalam kondisi hidup, seseorang akan tetap mengapung karena masih ada udara di paru-parunya.
Saat seseorang tenggelam, upayanya menyelamatkan diri biasanya menyebabkan seluruh udara keluar dari paru-paru. Inilah yang memungkinkan paru-paru terisi air dan jasad seseorang yang tenggelam menuju ke bawah air.
Meski begitu, penyebab tenggelamnya pun bukan air yang ada dalam paru-paru, tetapi kurangnya oksigen atau yang disebut dengan asphyxiation.
Dikatakan dalam Science ABC, segera setelah seseorang meninggal, jenazah akan mulai mengalami dekomposisi. Proses tersebut terjadi dalam beberapa tahapan yang disebut sebagai pallor mortis, lalu algor mortis, rigor mortis, dan livor mortis.
Pada tahap-tahap tersebut, dikarenakan penipisan oksigen, sel-sel tubuh mulai mati dan berdampak pada beberapa perubahan fisik. Jenazah akan mulai mengalami perubahan pH, warna kulit, dan mulai kaku.
Setelah fase-fase yang terjadi 24-48 jam setelah kematian ini, jasad pun mulai mengalami pembusukan. Pada proses ini, dekomposer yang ada di luar mulai bisa masuk ke dalam tubuh.
Sulit untuk menentukan berapa lama jasad yang tenggelam akan mengapung dan berapa lama akan berada di permukaan air. Jenis air, dasar perairan, dan suhu adalah sebagian faktor yang mempengaruhi tingkat dekomposisi dan kapan jasad akan mengambang.
Sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2014 menemukan bahwa hewan teritip dapat dijadikan indikator untuk menentukan waktu mengambang. Dalam penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa waktu mengambangnya jenazah belum dieksplorasi secara ilmiah, seluas studi mengenai pembusukan lainnya.
Walau begitu, proses mengambangnya jenazah secara ilmiah tetap dapat dijelaskan.
Permukaan dan bagian dalam tubuh kita ditinggali oleh jutaan mikroorganisme yang kebanyakan adalah bakteri. Sebagian bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit, tapi sebagian besar tidak berbahaya dan bermanfaat untuk manusia.
Sistem imun juga membantu memantau bakteri-bakteri tersebut, guna mencegahnya membahayakan dan menginfeksi manusia. Tanpa adanya sistem imun, banyak dari mikroorganisme tersebut yang akan mulai menginfeksi tubuh dan mengkonsumsinya.
Pada waktu itulah jasad mulai mengalami pembusukan. Kemudian, saat bakteri dan sejumlah jamur memakan jaringan tubuh, metabolisme mereka menghasilkan gas seperti karbon dioksida, amonia, dan metana.
Pada perkembangan proses dekomposisi ini, gas-gas tersebut akan mulai memenuhi bagian dalam tubuh. Namun, gas-gas itu tersekap di sana dan pada waktu itulah jasad mulai menggembung.
Penggembungan tersebut membuat jasad menjadi lebih ringan. Pada waktu itulah jenazah tenggelam akan mulai mengapung di permukaan air.
Volume tubuh yang mengapung memang bertambah, tetapi beratnya tidak. Maka dari itu, jasad akan lebih mudah mengapung.
Kebanyakan jenazah biasanya ditemukan mengapung dengan kondisi menghadap ke bawah, sebab usus dan rongga dada memiliki bakteri paling banyak. Sehingga, penggembungan akan paling banyak terjadi di area-area ini.
Berdasarkan anatomi tubuh manusia, lengan dan tungkai cenderung mengarah ke depan, sehingga jenazah secara alami akan terarah menghadap bawah.