Pemprov Jateng Berharap Status Bandara Ahmad Yani Dinaikkan Jadi Internasional Untuk Mendukung Investasi

Athok Mahfud
13 Views
3 Min Read
Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Tengah, Sakina Rosellasari. (Foto: Athok Mahfud/Indoraya)

INDORAYA – Provinsi Jawa Tengah (Jateng) sudah tidak punya bandara internasional setelah status Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara Adi Soemarmo Boyolali beralih menjadi bandara domestik. Ini berdasarkan Keputusan Kementerian Perhubungan 31/2024 tentang Penetapan Bandar Udara Internasional.

Menanggapi hal ini, Pemprov Jateng berharap status Bandara Ahmad Yani atau Bandara Adi Soemarmo dikembalikan ke level internasional. Hal ini untuk kemajuan investasi guna mendukung perekonomian di Jateng.

Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng, Sakina Rosellasari mengatakan, minggu lalu dia mendapat surat dari PT Garuda Indonesia yang meminta data terkait Penanaman Modal Asing (PMA) di Jateng. Menurutnya, hal ini akan menjadi kajian.

“Ini kami minggu lalu dapat surat dari Garuda Indonesia, minta data berkaitan dengan PMA dan sebarannya di Jawa Tengah berkaitan dengan akan adanya kajian terkait perusahaan mana kemudian tenaga kerja asing dari mana saja untuk dilakukan kajian penerbangan luar negeri,” katanya.

Namun pihaknya tidak tahu apakah kajian ini digunakan untuk membuka kembali rute penerbangan internasional melalui bandara yang ada di Jawa Tengah.

“Saya gak tahu apakah ini bagian dari mitigasi dari Kemenhub dan BUMD Garuda Indonesia untuk melakukan detail kajian membuka lagi (rute penerbangan internasional),” ungkap Sakina.

Namun dia berharap Bandara Ahmad Yani atau Bandara Adi Soemarmo yang kini statusnya menjadi bandara domestik untuk dikembalikan seperti semula. Hal ini untuk memudahkan investor, utamanya dari Singapura yang berinvestasi di Jateng.

“Saya harapkan tentunya kalau dibuka lagi paling tidak ada penerbangan dari Ahmad Yani dan Adi Soemarmo yang deket saja dulu lah ke Singapura,” katanya.

Pasalnya, kata Sakina, PMA tertinggi di Jateng berasal dari Singapura. Sehingga apabila didukung dengan rute penerbangan internasional, iklim investasi dan industri di Jateng akan semakin menggeliat.

Pemprov berharap agar Jateng minimal punya satu bandara agar tidak bergantung dengan bandara di luar provinsi. Pasalnya keberadaan bandara sangat penting bagi kemajuan ekonomi di suatu daerah.

“Karena investasi tertinggi di Jateng kan Singapura, kami berharap investor Singapura yang ke KIK (Kawasan Industri Kendal), KITB (Kawasan Industri Terpadu Batang), atau ke kawasan industri lain dan kawasan peruntukan industri. Itu biar mudah aksesnya tidak melalui Soekarno Hatta saja,” tandas Sakina.

Share This Article