Ad imageAd image

Pemkot Semarang Masih Punya Dua PR, Kemiskinan Ekstrim dan Stunting

Dickri Tifani
By Dickri Tifani 870 Views
2 Min Read
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu. (Foto: Dickri Tifani/Indoraya)

INDORAYA – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang masih punya dua pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan di Ibu Kota Jawa Tengah, yakni kemiskinan ekstrim dan stunting.

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu (Ita) mengatakan, kedua PR tersebut berdasarkan hasil pihaknya beraudiensi bersama Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia (BKKPN RI).

Informasi dia peroleh, faktor dari kemiskinan ekstrim terjadi mayoritas dialami oleh perempuan pada usia lanjut yang pada akhirnya tidak mendapatkan pekerjaan.

“PR pertama, kemiskinan ekstrim. Nah itu kemarin saya audiensi dengan Kepala BKKBN pusat, dimana menyampaikan kondisi saat ini yaitu kemiskinan ekstrim terjadi pada usia lanju,” jelas Ita, Selasa (9/5/2023).

Karena, menurut Ita perempuan lebih bertahan hidup daripada laki-laki, namun ketika sudah tua perempuan kesulitan mendapatkan pekerjaan kembali.

Untuk itu, jika generasi muda atau keluarga yang mendukung agar bersedia merawat para perempuan sepuh (tua).

Namun biasanya, katanya upaya tersebut dilakukan pada lingkungan menengah ke bawah.

“Kalau kebetulan ada putranya atau keluarganya yang support. Tapi kebanyakan ya mungkin dari lingkungan yang menengah kebawah. Nah, itu semua masih menjadi PR kita semua (Pemkot),” ujar Ita.

PR kedua, Ita menjelaskan bahwa pihaknya harus mengentaskan permasalahan stunting. Menurutnya, stunting bisa terjadi karena anak terlahir dengan kekurangan gizi yang terjadi pada dampak dari pernikahan dini.

“Stunting ini faktornya karena anak kekurangan gizi. Nah, karena pernikahan dini ini lah yang menjadi salah satu penyebabnya,” sambung Ita.

Sehingga langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, yaitu memberikan edukasi tentang pola asuh dari orang tua. Serta bahayanya pernikahan diri.

Dari situlah, Ita berharap orang tua bisa mengantarkan anak-anaknya menjadi generasi emas.

“Tentu dengan cara mengedukasi pola asuh dari orangtuanya. Supaya, kita sebagai orang tua dapat mengantarkan anak-anak menjadi generasi emas Indonesia,” papar Ita.

Share this Article
Leave a comment