Ad imageAd image

Pemkot Semarang Berencana Kembangkan TBRS Sebagai Pusat Kesenian dan Kebudayaan

Athok Mahfud
By Athok Mahfud 21 Views
3 Min Read
Kompleks Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Kota Semarang. (Foto: istimewa)

INDORAYA – Eksistensi Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) sebagai pusat kesenian dan kebudayaan di Kota Semarang tetap akan dipertahankan. Bahkan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berencana mengembangkan TBRS sebagai ruang berkarya para seniman.

Pemkot Semarang menegaskan, detail engineering design (DED) kawasan TBRS akan dikebut tahun ini. Selain itu pengembangan taman budaya juga termasuk pengelolaan atau penataan tempat pedagang kaki lima (PKL) di dalamnya.

Hal ini untuk menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi, mulai dari kurangnya fasilitas dan sarana pendukung serta lemahnya pengelolaan dan perlindungan warisan budaya. Juga untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan kesenian dan kebudayaan.

“Pengembangan TBRS kami minta tahun ini disiapkan DED, pengelolaan shelter untuk PKL, sehingga menjadi kebanggaan para budayawan,” kata Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, dalam keterangan yang diterima Indoraya.news, Sabtu (27/1/2024).

Pengembangan TBRS tersebut sudah sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang pada 2025 hingga 2045. Upaya pengembangan ini juga meliputi eks-Taman Hiburan Rakyat Wonderia yang berada di sebelahnya.

Dalam skema pengembangan, dua tempat itu akan dijadikan satu pintu. Eks-Wonderia disulap menjadi hutan kota sekaligus merenovasi Makam Mbah Kiai Genuk yang dikenal sebagai Wali Agung Semarang.

Dalam perencanaannya makam tersebut akan dijadikan sebagai pusat kegiatan religi Kota Semarang. Lalu masuk ke dalamnya akan terhubung dengan aktivitas kesenian dan kebudayaan di TBRS.

Selain itu, terdapat pula sejumlah ruang dan fasilitas baru yang akan dibangun di kompleks TBRS. Seperti, plaza pertunjukan outdoor, amphitheater, gedung teater, creative hub, hingga wisma seniman.

Mbak Ita, sapaan akrab Wali Kota Semarang, berupaya tetap mempertahankan eksistensi TBRS sebagai pusat kesenian dan kebudayaan Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah tersebut.

Dia memastikan, Gedung Kesenian Sri Budoyo Ki Narto Sabdo tetap dipertahankan sebagai markas seniman meskipun sudah dibangun gedung baru. Hal ini sebagai apresiasi sekaligus mendorong seniman melahirkan karya dan menjaga kelestarian kebudayaan

“Para budayawan, pemerhati budaya, saya sudah memutuskan Gedung Ngesti Pandowo tetap dipertahankan,” ucap Mbak Ita.

Diketahui bahwa Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) Kota Semarang masih berada di bawah rata-rata nasional. IPK Kota Semarang pada 2023 baru menyentuh 50,7. Sedangkan secara nasional sebesar 55,13.

Dengan proyeksi pertumbuhan yang relatif lambat ini, Pemkot menargetkan dengan nilai maksimum 55,96 pada 2045. Kondisi itu memberikan indikasi tantangan dalam menggerakkan pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan budaya di Kota Semarang.

Dalam konteks ini, diperlukan strategi dan program kebijakan yang lebih efektif untuk merangsang dan menjaga keberlanjutan kehidupan budaya di masa mendatang.

Untuk meningkatkan indeks tersebut, diperlukan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan pelaku seni dan budaya untuk mengembangkan potensi dan kreativitas lokal, serta melestarikan nilai-nilai budaya yang ada.

Share This Article
Leave a comment