“Kami berterima kasih kepada Boeing atas bantuan ini, secara umum bantuan yang kami terima telah memberikan manfaat bagi siswa kami,” kata pimpinan pesantren Persis 42 Sukaresik Dede Reviana, Selasa (5/7/2022).
Namun demikian dia tak memungkiri bahwa hasil pembangunan yang dilaksanakan ACT sebagai implementator tidak sesuai harapan.
“Tapi memang ada beberapa kekecewaan berkaitan dengan proses dan hasil pembangunan itu, berkaitan dengan konstruksinya,” kata Dede.
Hal lainnya adalah terkait instalasi listrik yang dibangun belakangan. Awalnya ruang laboratorium komputer itu tidak dilengkapi colokan listrik. Setelah pihak keluarga komplain baru pihak ACT melengkapi. Alhasil instalasi listrik di ruangan itu berada di luar, tidak ditanam di tembok.
“Instalasi listrik kebanyakan di luar, karena pekerjaannya susulan,” kata Dede.
Pembangunan 3 fasilitas tersebut menurut Dede dimulai pada bulan Ramadan tahun 2021 lalu dan baru selesai beberapa bulan lalu.
Dede juga mengaku tidak pernah diberi tahu berapa nilai dari bantuan tersebut. “Kami tak pernah diberi tahu, mau menanyakan tentu bukan hak kami, kalau keluarga ahli waris tentu sudah tahu,” kata Dede
Atas semua kekecewaan atas pembangunan yang dilaksanakan ACT itu Dede mengaku tak bisa berbuat banyak. “Kami hanya menerima, yang berhak komplain kan ahli waris korban,” kata Dede.
Dede mengaku sudah mendengar kegaduhan yang melibatkan ACT di media massa dan media sosial.
“Manfaat dan kebaikan yang sudah dibangun tentu kami terima. Kami tidak ingin masuk dalam pusaran masalah itu. Tapi perilakunya kami tidak bisa menerima, saran saya ACT beristigfar,” kata Dede.
Meski demikian Dede berharap ACT bisa memberikan klarifikasi atas pembangunan di sekolahnya. “Kalau keinginan kami ACT bisa klarifikasi, tabayun. Sehingga semuanya jelas,” kata Dede.
Lebih lanjut Dede menjelaskan orang tua korban Vivian merupakan bagian dari pendiri pesantren ini. Sehingga ketika mendapat bantuan dari Boeing, diarahkan ke MTs Persis ini. “Kami berterima kasih kepada ahli waris korban. Sikap kami mengikuti sikap mereka sebagai penerima,” kata Dede.
Sementara itu perwakilan ACT Tasikmalaya M Fauzi mengaku tidak mengetahui mengenai pembangunan di MTs Tanjungsari Sukaresik tersebut.
“Bisa langsung ke pihak berwenang di lembaga ACT pusat. Saya kurang paham,” kata Fauzi melalui pesan Whatsapp.
Presiden Yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ibnu Khajar meminta maaf kepada publik terkait riuh yang berkaitan isu gaji fantastis petinggi lembaga nirlaba tersebut seiring dengan pemberitaan di majalah Tempo.
“Permohonan maaf yang luar biasa sebesar-besarnya kepada masyarakat mungkin beberapa masyarakat kurang nyaman terhadap pemberitaan yang terjadi saat ini,” kata Ibnu Khajar dalam konferensi pers yang digelar di kantor ACT, Jakarta Selatan, Senin (4/7/2022).
Ia menjelaskan ACT merupakan lembaga kemanusiaan yang telah resmi terdaftar di Kementerian Sosial dan bukan lembaga amil zakat. Kiprah ACT tak hanya di dalam negeri, namun juga 47 lebih negara lainnya.
“Supaya ini menjadi kebanggaan bangsa ini. Memiliki entitas sumber daya mewakili bangsa ini mendistribusikan bantuan ke banyak negara. Aksi Cepat Tanggap menjadi penyalur bantuan kebaikan dermawan, sebagai lembaga kemanusiaan yang dipercayai masyarakat melalui program kemanusiaan, kesehatan, pendidikan, ekonomi dan juga emergency. Ini perlu kami sampaikan di awal,” katanya.