Ad imageAd image

Pembacaan Suhuf Halaqoh Warnai Kirab Dugderan Semarang

Redaksi Indoraya
By Redaksi Indoraya 902 Views
2 Min Read
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu saat membacakan Suhuf Halaqoh di Alun-alun Pasar Johar, Selasa (21/3/2023). (Foto: Dickri Tifani Badi/Indoraya)

INDORAYA – Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu (Ita) membacakan Suhuf Halaqoh saat perayaan kirab Dugderan, pada Selasa (21/3/2023).

Dalam acara kitab dugderan, Ita berperan sebagai Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat.

Ita mengucapkan syukur dirinya bisa memimpin Dugderan sekaligus menandai memasuki bulan Ramadan.

“Alhamdulillah saya ucapkan syukur pada dugderan kali ini. Sekaligus menandai dimulainya bulan ramadhan,” ucap Ita.

Kali ini, Ita merasa bangga lantaran prosesi Dugderan sesuai riwayat aslinya seperti halnya menerima dan membaca halaqah hingga menabuh bedug.

Setelah prosesi tersebut dilakukan, ia selanjutnya membagikan roti ganjel rel yang dimana makanan khas saat perayaan Dugderan Semarang.

“Ini juga merupakan kebanggaan yang luar biasa karena acara ini dikembalikan pada masa yang dulu yaitu kita menerima halaqah di Masjid Agung Semarang lalu membacanya serta memukul bedug dan membagi roti ganjel rel di Alun-alun,” ungkapnya.

Sebagai informasi, Suhuf Halaqoh merupakan lembaran yang sudah turun-temurun dimiliki oleh Masjid Agung Semarang berupa pengumuman masuknya bulan Ramadan.

Setelah Wali Kota Semarang membacakan Suhuf Halaqoh, masyarakat kemudian berebut roti ganjel rel di Alun-alun Pasar Johar Semarang, Selasa (21/3/2023). (Foto: Dickri Tifani Badi/Indoraya)

Selesai membaca, Ita kemudian memukul bedug dan membagi roti ganjel rel.

“Tentu kita juga bagaimana mengembalikan ini kita mengundang berbagai ras, suku yang ada di Semarang lama. Tadi ada yang mewakili dari Pecinan, Arab, Melayu kemudian dari Jawa yang tentu menggambarkan akulturasi budaya yang dulu dugderan berlangsung. Jadi ada bedug dan petasan,” ujar Ita.

Terakhir, ia berharap tradisi dugderan ini bisa terus dilestarikan dan jadi satu ikon Kota Semarang.

“Moga-moga ke depannya bisa lebih baik lagi dan mungkin bisa jadi satu tradisi yang nantinya akan berkelanjutan dengan kegiatan-kegiatan di Semarang lama,” ungkapnya.

Share this Article
Leave a comment