INDORAYA – Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menyebut pangkalan tabung gas LPG 3 Kg dari waktu ke waktu semakin bertambah.
Berdasarkan data Dinas ESDM Jateng, sejak bulan September 2024 hingga sekarang terdapat 400 pengecer warung gas yang naik kelas atau berubah status menjadi pangkalan.
Kepala ESDM Jateng Boedyo Dharmawan terus mendorong para pengecer di 35 kabupaten/kota untuk naik kelas tidak hanya menjadi sub pangkalan, melainkan pangkalan.
Dia mengatakan bahwa peran pengecer selama ini telah berjasa dalam mendekatkan kuota LPG 3 kg kepada masyarakat sehingga tidak sulit untuk dicari.
“Makanya langkahnya kita dorong, kalau perlu jadi pangkalan. Dan sejak September 2024 sampai sekarang, pengecer yang sudah naik kelas itu ada sekitar 400 orang,” kata Boedyo kepada wartawan, belum lama ini.
Boedyo mengatakan, di Jateng terdapat sebanyak 54 ribu pangkalan LPG 3 Kg telah beroperasi di 35 kabupaten/kota. Jumlah ini masih terbilang sedikit karena setiap desa rata-rata hanya terdapat 5 sampai 6 pangkalan.
“Memang, 54 ribu bila dibandingkan jumlah desa se-Jateng sebenarnya kurang, hanya ada 5-6 pangkalan mungkin dalam 1 desa,” katanya kepada wartawan, belum lama ini.
ESDM Jateng menyambut baik kebijakan terkait pengecer yang bisa berjualan kembali dengan syarat mendaftar sebagai sub pangkalan. Namun pihaknya justru mendorong pengecer menjadi pangkalan.
Adapun tujuan dari pengecer menjadi pangkalan ini untuk membuat harga LPG 3 Kg yang beredar di lapangan sesuai dengan harga eceran tetap (HET). Apabila bila sesuai Surat Keputusan (SK) Gubernur Jateng, harga tabung gas LPG 3 kg sebenarnya Rp18.000.
“Karena kalau mereka tetap jadi pengecer yang ada justru harga elpiji 3 kilogram di tingkat konsumen bisa naik sampai Rp23.000 atau Rp25.000. Jadinya maksud pemerintah ini mau harga yang lebih baik,” ungkap Boedyo.