Ad imageAd image

Panasnya Cuaca Kota Semarang Siang Hari Terasa Menyengat Kulit, Begini Penjelasan BMKG

Athok Mahfud
By Athok Mahfud 753 Views
3 Min Read
Ilustrasi cuaca dan suhu udara terasa panas. (Foto: istimewa)

INDORAYA – Memasuki musim kemarau kering, cuaca di Kota Semarang terasa panas, terutama ketika siang hari. Pada Senin (1/5/2023) misalnya, suhu udara di Ibu Kota Jawa Tengah tercatat mencapai 31 derajat celcius. Hal ini pun membuat warga merasa gerah.

Zaqia Ulfa (20) warga Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang merasakan suhu udara panas sejak awal puasa Ramadan, tepatnya pada bulan Maret 2023. Bahkan panasnya cuaca di siang hari terasa menyengat dan membuat kulitnya perih.

“Siang jam 12 itu paling panas, menyengat kulit, perih. Aktivitas bikin cepat haus. Apalagi kalau mau ke kampus kerasa panas banget. Di badan juga bikin sakit, udaranya kotor,” ujar mahasiswa UIN Walisongo Semarang itu kepada Indoraya.news, Senin (1/5/2023).

Ia mengaku saat siang hari dirinya merasa gerah ketika beraktivitas di luar rumah kontrakannya. Belum lagi kondisi udara di jalanan yang bercampur asap kendaraan membuatnya sering batuk-batuk.

“Kalau di jalan emang panas. Tapi kalau di kontrakan di Pandana Merdeka lumayan teduh karena kan kawasan perbukitan, banyak pohon jadinya kena angin, dan gak aspal,” ungkap Zaqia.

Sementara itu, Koordinator Bidang Obervasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, Giyarto mengungkapkan penyebab beberapa hari terakhir ini suhu udara di Kota Semarang dan daerah Jateng lainnya terasa panas di siang hari.

“Beberapa hari ini suhu udara terasa panas karena pada pagi hingga siang hari tutupan awannya sangat sediki dan tipis (cuaca cerah) bahkan seringkali langit terlihat biru (cuaca clear),” katanya saat dihubungi melalui pesan singkat WhatsApp.

Dampaknya, radiasi gelombang pendek yang dipancarkan oleh matahari banyak yang sampai ke permukaan bumi namun tidak banyak diserap oleh awan. Hal tersebut kemudian meningkatkan suhu udara di permukaan bumi.

“Untuk wilayah Indonesia dan Jawa Tengah pada khususnya lebih banyak dipengaruhi oleh faktor tutupan awan,” ungkap Giyarto.

Selain faktor tersebut, ia mengungkapkan bahwa ada juga pengaruh dari posisi gerak semu matahari yang menyebabkan suhu udara terasa panas. Hal ini diprediksi terjadi mulai bulan Maret hingga Oktober.

“Fenomena ini adalah siklus biasa yang berulang setiap tahun di wilayah Indonesia dan Jawa Tengah pada khususnya. Cuaca yang panas ini juga tidak ada pengaruh dari peristiwa gerhana matahari pada akhir bulan puasa kemarin,” pungkasnya.

Share this Article
Leave a comment