Ad imageAd image

Pakar Ungkap Buruknya Sanitasi Menghambat Pembangunan SDM dan Kemajuan Bangsa Indonesia

Athok Mahfud
By Athok Mahfud 835 Views
4 Min Read
Ilustrasi akses sanitasi dan air bersih. (Foto: istimewa)

INDORAYA – Pakar sanitasi dari Universitas Diponegoro Semarang, DR. Dr. Budi Laksono, MHSc, menyoroti permasalahan akses sanitasi dasar dan air bersih di Indonesia yang masih buruk. Menurutnya, anitasi dasar yang tidak layak dapat menghambat pembangunan sumber daya manusia (SDM) dan kemajuan suatu bangsa.

Masalah sanitasi dasar yang buruk ini harus segera ditangani. Jika akses sanitasi dasar tidak terpenuhi, maka masalah lain akan muncul. Di antaranya penyakit mematikan, kerusakan lingkungan, produktivitas kerja rendah, kualitas SDM rendah, bahkan membuat martabat bangsa Indonesia di mata dunia turun.

Dokter Budi mengatakan, mayoritas pasien yang dirawat di setiap rumah sakit di Indonesia merupakan penderita penyakit yang bersumber dari masalah sanitasi, seperti diare, disentri, dan kolera. Bahkan menurutnya, diare yang disebabkan masalah sanitasi bisa menjadi ancaman kematian bagi generasi bangsa.

“Hampir semua rumah sakit angka orang yang masuk dirawat biasanya nomor 1 itu adalah penyakit yang menular karena orang tidak punya WC seperti tipes, diare, disentri, kolera. Bahkan sekarang ada istilah hebat namanya stunting. Itu sebenarnya dampak sanitasi yang buruk dan itu ironi bagi Indonesia,” katanya saat dihubungi melalui panggilan telepon, Rabu (1/11/2023).

BACA JUGA:   8 Pekerja Tambang di Banyumas Masih Terjebak di Lubang Galian, di Dalamnya Berisi Air 15 Meter

“Selain itu kematian anak-anak di Indonesia itu nomor satunya disebabkan diare, diare itu penyakit karena sanitasi. Diare adalah salah satu pembunuh nyata di Indonesia. Kemenkes mencatat 162 ribu kematian anak di Indonesia dalam satu tahunnya disebabkan karena penyakit-penyakit diare,” imbuh Dokter Budi.

Sementara berdasarkan data dari Unicef  (United Nations Children’s Fund), hampir sebanyak 25 juta orang di Indonesia tidak menggunakan toilet. Mereka buang air besar di tempat terbuka seperti ladang, semak-semak, hutan, selokan, jalan, sungai, dan ruang terbuka lainnya.

Dikatakan Dokter Budi, akses sanitasi yang tidak terpenuhi turut berimplikasi pada terhambatnya pembangunan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Kualitas SDM yang rendah dan produktivitas kerja rendah menjadikan Indonesia sulit menjadi negara maju dan bersaing di kancah global.

BACA JUGA:   Waspadai Kekeringan Dampak El Nino, Pemprov Jateng Siapkan Skema Mitigasi Ini

“Dengan adanya kematian yang banyak, kesakitan yang tinggi, otomatis produktivitas orang di Indonesia ini dibanding dengan negara yang lain bisa bekerja produktif, kita tidak produktif. Beda kualitas kerjaannya, motivasinya, kerajinannya. Artinya sanitisi itu mendasari dari pembangunan keseluruhannya,” tegasnya.

Menurutnya, kesadaran dan kepedulian terhadap pentingnya permasalahan sanitasi harus lebih ditingkatkan. Sanitasi yang tidak layak tidak hanya berdampak pada kondisi kesehatan semata, tapi juga kesejahteraan hidup masyarakat serta mendukung pembangunan dan  kemajuan bangsa Indonesia.

“Sistem kita kurang peduli, kita kalau punya jalan tol, menara tinggi, itu sudah hebat, padahal ukuran kesejahteraan masyarakat tidak diukur dari itu. Pertama adalah infrastruktur kesehatan, infrastruktur keluarga,” ungkap Ketua Yayasan Wahana Bakti Sejahtera tersebut.

Dia menegaskan, sanitasi yang layak dan akses air bersih menjadi kebutuhan dasar setiap manusia dalam kehidupan sehari-hari. Idealnya, setiap keluarga dan rumah tangga harus memiliki infrastruktur jambanisasi atau toilet yang layak agar tidak membuang limba manusia sembarangan.

BACA JUGA:   Bupati Kebumen Lantik 49 Kades, Dorong Pembangunan Desa Lebih Baik

“Orang yang ga punya WC adalah orang yang paling miskin, indikatornya itu. Kalau keluarga ga punya jamban, maka otomatis setiap orang buang air itu kira-kira ada berapa miliar kuman bakteri yang keluar dari satu orang. Kalau buang airnya di sungai, bisa mencemari banyak orang,” bebernya.

Maka menurutnya, yang dibutuhkan saat ini adalah kepedulian dan perhatian tentang pentingnya menyelesaikan permasalahan ini. Dia berharap pemerintahan ke depan bisa melanjutkan program pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) yang salah satu poinnya adalah memastikan masyarakat mencapai akses universal air bersih dan sanitasi.

“Betul, (pemerintahan ke depan) harus lebih peduli terhadap sanitasi. Karena di mana-mana negara yang beradab itu kalau ga punya WC malu, kabupaten/kota ga punya WC malu. Malu harusnya. Selama ini kita tidak pernah ditunjukkan rasa malunya,” tandas Dokter Budi Laksono.

Share this Article
Leave a comment