Nguri-uri Budaya Lewat Festival Wayang Orang di Semarang

Dickri Tifani
7 Views
3 Min Read
Kelompok wayang orang ini sedang melakukan pentas di Gedung Ki Narto Sabdo, TBRS Kota Semarang. (Foto: Dokumen untuk Indoraya)

INDORAYA – Festival Wayang Orang 2023 yang digelar Gedung Ki Narto Sabdo, Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Kota Semarang, secara resmi dibuka oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang, Iswar Aminuddin, Rabu (18/9/2023) malam.

Kegiatan ini digelar selama 4 hari mulai pada tanggal 18-21 Oktober 2023, diikuti sebanyak delapan kelompok wayang orang dari delapan kabupaten/kota di Indonesia.

Usai membuka acara, Iswar mengatakan bahwa kegiatan ini digelar sebagai salah satu upaya nguri-nguri budaya lokal.

Kelompok penampil di acara ini, lanjutanya, juga merupakan kelompok wayang yang yang memiliki sejarah panjang dalam perkembangan kesenian tradisi di Indonesia.

Iswar menilai delapan kelompok wayang orang yang memeriahkan festival tersebut yakni merupakan kelompok yang masih eksis dan survive di Indonesia.

“Maksud dan tujuan festival ini tidak lepas dari keinginan Kota Semarang untuk nguri-uri budaya. Kita paham bersama bahwa kekuatan sebuah negara yakni apabila kebudayaan itu bisa tetap dipertahankan,” ujar Iswar kepada wartawan, Rabu malam.

Negara-negara maju di dunia, lanjut Iswar, seperti Korea Selatan, Jepang dan sebagainya tetap mempertahankan kebudayaan yang sudah ada. Hal ini karena budaya merupakan warisan yang memiliki nilai-nilai spiritual, nilai perjuangan, dan nilai untuk mempererat persatuan dan kesatuan.

Dengan pelaksanaan festival ini, pihaknya berharap Kota Semarang bisa menjadi sebuah kota berbudaya yang bisa terus berkiprah.

“Apalagi Semarang pernah memiliki budayawan yang besar yakni Ki Narto Sabdo. Ki Narto Sabdo merupakan tokoh yang telah melegenda, cikal bakal berkembangnya wayang orang di Semarang,” kata Iswar.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Wing Wiyarso menerangkan, delapan kelompok wayang orang yang tampil yakni Wayang orang Barata Jakarta, Wayang orang Sriwedari Surakarta, Ngesti Pandawa Semarang.

Kemudian ada dari kabupaten Magelang, Kota Surabaya, kota Jogja dan dari Surakarta yakni wayang orang Suryo Sumirah milik Keraton Mangkunegara. Ada juga wayang orang versi Bali dari Gianyar.

“Setiap hari ada dua kali penampilan wayang orang dalam festival ini sehingga masyarakat, wisawatan, maupun anak-anak generasi muda bisa menyaksikan langsung,” katanya.

Wing berharap Festival Wayang Orang ini bisa menumbuhkan rasa cinta pada generasi muda dan ikut menggerakkan masyarakat untuk melestarikan warisan budaya tak benda yang telah ditetapkan Unesco.

“Harapannya, ke depan festival ini bisa dilaksanakan oleh kabupaten/kota lain, bisa juga bergilir dari kota-kota yang memiliki budaya khususnya wayang orang,” imbuhnya.

Share This Article