INDORAYA – Di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini, tosan aji atau keris bagi sebagian orang barangkali sudah dianggap kuno. Namun tidak untuk Agus Rianto, lelaki berusia 41 tahun ini justru senang mengoleksi benda pusaka tersebut.
Agus ialah salah satu pelestari dan kolektor tosan aji di Kota Semarang. Pemilik dan pengelola Galeri Galas yang terletak di Kelurahan Wonodri, Semarang Selatan. Galeri yang berdiri sejak 2010 itu berisi koleksi benda-benda pusaka antik warisan nenek moyang.
Ketertarikan dan rasa penasarannya terhadap tosan aji dimulai sejak masih usia remaja. Berawal karena sering melihat orang-orang tua yang gemar mengoleksinya. Dari sana kemudian ia tergugah untuk melestarikan peninggalan senjata khas Jawa Tengah itu.
Ketika orang lain menganggap bahwa tosan aji memiliki unsur magis maupun mistis, Agus justru tidak. Namun filosofi yang terkandung di dalamnya lah yang membuatnya tertarik untuk mempelajari seluk-beluk benda tersebut.
“Kalau orang-orang mungkin terpengaruh karena cerita-cerita mistiknya, tapi saya justru tidak. Ini benda-benda yang menarik untuk dipelajari, ada ilmu filsafatnya. Dari setiap bentuk-bentuk keris mengandung filosofinya,” tuturnya saat ditemui baru-baru ini.
Sama halnya dengan benda-benda peninggalan budaya Jawa lainnya, keris juga memiliki filosofi tersendiri. Bagi masyarakat Jawa, keris merupakan piandel, yang diyakini dapat menambah kewibawaan dan rasa percaya diri.
“Keris itu kan piandel, bukan sekadar senjata atau ageman saja. Tapi keris itu untuk memberikan sifat kandel atau rasa percaya diri kepada sang pemiliknya,” lanjutnya saat menceritakan salah satu keris koleksinya.
Merawat dan melestarikan keris menjadi salah satu upaya yang dilakukan Agus untuk menjaga tradisi dan budaya nenek moyang. Karena semakin maju zaman, orang-orang mulai acuh terhadap benda peninggalan itu.
Ia mengatakan, benda-benda purbakala haruslah mendapatkan perhatian lebih dan khusus. Pasalnya jika tidak dirawat dengan baik akan mengalami kerusakan, seperti berkarat. Dan usaha inlah yang terus diperjuangkannya bertahun-tahun.
Ia pun menjelaskan bagaimana cara merawat tosan aji supaya tidak mudah berkarat. Dimulai dengan menjamasnya hingga memberinya minyak wangi.
“Kita bersihkan dengan cara dijamas, lalu kemudian kita warangi, setelah itu kita minyaki secara rutin. Saya juga yang menciptakan minyaknya sendiri,” ujarnya.
Produk UMKM Unik
Pada dasarnya tosan aji tidak hanya sebagai pusaka dan koleksi saja, namun juga bisa dijadikan sebagai produk UMKM lantaran memiliki nilai ekonomis. Apalagi saat ini industri ekonomi kreatif menjadi sektor yang mulai berkembang dan potensial.
Hal itulah yang dilirik Agus. Bersama seorang kawan, Afif, ia menjadikan koleksinya sebagai produk UMKM yang dipasarkan. Berpusat di galerinya di Wonodri, ia menyediakan perlengkapan tosan aji. Mulai deder (pegangan), warangka (sarung), dan perlengkapan lain.
Ia mengungkapkan bahwa peminat produknya cukup banyak. Hampir setiap hari selalu ada yang datang ke galerinya, entah untuk membeli produk ataupun untuk service.
“Tiap hari ada yang datang di situ, ya service warangka, ya pembenahan perlengkapan-perlengkapan. Kita juga ada minyak dan batu akik juga,” katanya.
Ia melanjutkan, keris yang dijualnya didapatkan dari pengrajin di luar kota, seperti Solo dan Jogjakarta. “Kita beli sendiri dari pengrajin yang masih eksis, kita cuma bikin perlengkapan busananya saja,” imbuhnya.
Selain itu, Galeri Galas yang ia kelola juga sering mengikuti event pameran UMKM. Selain dapat meningkatkan perekonomian, ada misi lain yang dibawa Agus, yaitu untuk mengenalkan sejarah dan budaya kepada generasi muda.
Ia berharap, generasi muda memiliki rasa kebanggaan terhadap warisan nenek moyang, termasuk keris tosan aji. Jangan sampai kearifan lokal yang menjadi identitas khas masyarakat Jawa ini hilang ditelan kemajuan zaman.
“Harapan kedepan generasi muda semakin tertarik dengan budaya bangsa sendiri, ikut melestarikan, mempertahankan agar budaya seperti ini tidak hilang,” pungkas Agus.