Ad imageAd image

Menteri Keuangan Prediksi Pertamina dan PLN Tekor, Imbas Kenaikan Harga Minyak Dunia

Redaksi Indoraya
By Redaksi Indoraya 122 Views
2 Min Read
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Dok. Kementerian Keuangan)

INDORAYA – Akibat dari kenaikan harga minyak mentah dunia, membuat arus kas PT Pertamina (Persero) defisit US$ 12,98 miliar atau Rp 190,8 triliun (kurs Rp 14.700) akhir tahun ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mengatakan proyeksi itu didapat dari arus kas Pertamina yang sudah defisit US$ 2,44 miliar atau Rp 35,86 triliun per Maret 2022. Defisit terjadi karena ketika harga minyak mentah dunia naik, Pertamina tidak langsung menaikkan harga BBM di dalam negeri.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan arus kas PT Pertamina (Persero) defisit US$ 12,98 miliar atau Rp 190,8 triliun (kurs Rp 14.700) akhir tahun ini. Hal itu akibat dampak kenaikan harga minyak mentah dunia.

BACA JUGA:   Irjen Toni Ditunjuk Jadi Kapolda Jawa Timur, Menggantikan Irjen Teddy Yang Dipindah ke Yanma Polri

Sampai saat ini Pertamina masih menanggung selisih lebar antara harga jual eceran (HJE) dan harga keekonomian BBM. Pasalnya BUMN energi itu belum mendapat tambahan suntikan anggaran subsidi dan dana kompensasi dari pemerintah.

“Arus kas operasional Pertamina sejak Januari constantly negatif karena Pertamina harus menanggung perbedaan (harga), ini yang menyebabkan kondisi keuangan Pertamina menurun,” jelas Sri Mulyani, Kamis (19/5/2022).

Tak hanya Pertamina, Sri Mulyani juga memperkirakan arus kas yang defisit terjadi pada PT PLN (Persero). Sebab, PLN belum menaikkan tarif listrik di tengah kenaikan harga komoditas energi.

BACA JUGA:   Pengelola Lawang Sewu Masih Berlakukan Aturan Wajib Menggunakan Masker Saat Berkunjung

“Defisit ini diperkirakan akan mencapai Rp 71,1 triliun untuk PLN,” ujarnya.

Per 30 April 2022 PT PLN (Persero) telah menarik pinjaman sebesar Rp 11,4 triliun dan akan melakukan penarikan pinjaman kembali di Mei dan Juni. Dengan begitu total penarikan pinjaman sampai Juni diperkirakan mencapai Rp 21,7 triliun sampai Rp 24,7 triliun.

Jika tidak ada tambahan kompensasi dari pemerintah, sampai Desember 2022 arus kas operasional PLN diproyeksikan akan defisit Rp 71,1 triliun. Untuk itu, pemerintah meminta restu kepada Banggar DPR RI untuk menambah anggaran subsidi dan dana kompensasi energi sebesar Rp 291 triliun menjadi Rp 443,6 triliun pada tahun ini.(FZ)

BACA JUGA:   Hore! Tol Semarang-Demak Seksi 2 Akhir Tahun Ini Bisa Digunakan
Share this Article