INDORAYA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, telah mengajukan rencana penyertaan modal negara (PMN) untuk tahun 2024 dan 2025 kepada Komisi VI DPR RI dengan total senilai Rp57,8 triliun untuk beberapa perusahaan BUMN. Katanya, PMN untuk tahun 2024 berasal dari cadangan pembiayaan investasi sebesar Rp13,6 triliun, pada Selasa (19/3/2024).
Dana tersebut dialokasikan untuk sejumlah proyek, seperti pengadaan kereta oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI), penyelesaian proyek Tol Palembang-Betung oleh PT Hutama Karya, penguatan permodalan oleh Reasuransi Indonesia Utama, pembelian kapal oleh PT Pelni, peningkatan kapasitas produksi oleh INKA, dan penguatan modal oleh ID Food dan penjaminan KUR yang dikelola oleh IFG.
Selanjutnya, Erick juga mengajukan PMN untuk tahun 2025 senilai Rp44,24 triliun untuk 16 BUMN. Rencana ini disusun untuk mendukung program-program yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Aliran dana ini juga akan digunakan untuk proyek-proyek infrastruktur dan penguatan perusahaan BUMN seperti pembangunan Jalan Tol Trans Sumatra fase II dan III oleh Hutama Karya, program listrik desa oleh PT PLN, penguatan modal oleh IFG Group, pengadaan kapal baru oleh PT Pelni, dan fasilitas capex baru oleh Biofarma.
Erick juga memperkirakan bahwa total setoran dividen dari BUMN ke negara pada periode 2020-2024 mencapai Rp279,7 triliun, sementara kebutuhan suntikan PMN sekitar Rp226,1 triliun.
Dia mencatat bahwa proporsi dividen BUMN yang lebih besar dari PMN mengalami perubahan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dengan 55 persen untuk dividen dan 45 persen untuk PMN.
Rincian realisasi dan usulan PMN dan dividen untuk tahun 2020-2024 juga disampaikan oleh Erick. Realisasi dan usulan PMN tunai selama periode tersebut mencapai Rp226,1 triliun, sedangkan total dividen mencapai Rp279,7 triliun.
Erick juga menyoroti pertumbuhan laba konsolidasi BUMN yang mencapai Rp292 triliun pada tahun 2023, yang merupakan peningkatan signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Kalau kita lihat untuk 2023 nanti hasil audit, kita secara cash-nya ini Rp292 triliun, artinya ada kenaikan cukup signifikan hampir Rp38 triliun lebih kalau kita apple to apple secara cash-nya,” kata Erick.