Itulah Toko Kurnia, pusat bendera dan umbul-umbul yang terletak di Kampung Kauman, Kota Semarang. Toko yang lokasinya tidak jauh dari Masjid Agung Kauman ini menyediakan berbagai macam jenis dan model perlengkapan yang digunakan untuk memeriahkan hari kemerdekaan.
Setiap bulan Agustus atau menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia, toko tersebut senantiasa ramai. Pengunjung biasanya berdatangan mencari atribut kemerdekaan. Seperti bendera, umbul-umbul, dan aneka hiasan berwarna merah putih lainnya.
Begitu juga pada siang itu, Jumat (5/8/2022). Nini tampak sibuk melayani pembeli. Pegawai Toko Kurnia itu mengemasi bendera merah putih ke dalam plastik. Lantas ia menyerahkannya kepada pelanggan dan menerima beberapa lembar uang.
Perempuan yang menjaga toko hampir sepuluh tahun tersebut mengatakan bahwa Toko Kurnia Kauman menjadi titik pusat penjualan bendera dan umbul-umbul yang selalu diburu masyarakat jelang hari kemerdekaan 17 Agustus.
“Mulai bulan Juli sudah ramai, sejak tiga mingguan kemarin. Sehari paling tidak yang beli ada 50 orang lebih,” katanya sambil merapikan barang pesanan pelanggan.
Sebenarnya Toko Kurnia tidak hanya menyediakan atribut kemerdekaan saja. Melainkan juga alat-alat rebana seperti ketipung serta karpet rumah. Namun di antara barang lainnya, bendera dan umbul-umbul yang paling banyak dicari.
“Ini saja yang kantoran masih belum pada beli. Ini yang ramai (bendera untuk) kampung-kampung dulu, kalau kantor biasanya nanti,” lanjutnya.
Bagi masyarakat yang ingin memesan atribut kemerdekaan, tidak harus datang ke Toko Kurnia. Pasalnya toko ini juga menerima pesanan lewat telepon. Adapun harga barangnya menyesuaikan jenis dan ukuran, berkisar mulai Rp 25 ribu hingga Rp 120 ribu.
Eksis di Kauman Sejak 1988
Kauman digadang menjadi daerah yang khas dengan pusat penjualan berbagai macam jenis perlengkapan dan properti, termasuk bendera. Sementara Toko Kurnia ialah salah satu toko bendera legendaris di Kota Semarang. Pasalnya keberadaannya sudah lama, yaitu sejak tahun 1988.
Pada waktu itu Ahmad Ali belum menjadi pemiliknya. Toko itu masih dikelola oleh mertuanya. Lalu baru pada awal tahun 90-an, lelaki berusia 59 tahun itu menikahi istrinya sekaligus diminta mengelola usaha mertuanya.
“Jadi pada waktu itu saya nikahin anaknya, terus sekalian disuruh beli toko ini. Jadi dapat anaknya sekaligus tokonya,” katanya sambil nyegir melepas tawa.
Pemilik Toko Kurnia itu membeberkan bahwa dulunya hanya berjualan bendera dan umbul-umbul khusus kemerdekaan. Namun semakin animo masyarakat tinggi, beberapa barang jualan ditambahkan. Seperti alat-alat rebana, karpet rumah, dan bendera partai.
Selain itu, dulunya bangunan Toko Kurnia juga masih berupa kayu. Bahkan ketika hujan deras datang, kayu-kayu yang digunakan sebagai tempat jualan bisa sampai terbawa air hujan.
“Kalau hujan esoknya hilang, kenter (dihanyutkan) banjir. Setelah anak saya lahir sekitar tahun 1993 itu baru tak perbarui, tak bangun jadi bagus,” kata bapak satu anak itu.
Saat ditanya berapa omzet yang dihasilan per bulan, Ali enggan menyebutkannya. Namun warga Pendrikan Lor tersebut mengaku beruntung dan penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Berapa pun hasilnya ia selalu bersyukur.
Selain itu, ia mengatakan bahwa tokonya juga pernah mengalami masa-masa sulit. Yaitu ketika pandemi covid-19 selama dua tahun lalu. “Drastis pandemi dua tahun ga ada pemasukan, sepi banget,” katanya singkat.
Namun pada tahun ini semenjak kasus covid-19 melandai dan kebijakan pembatasan dilonggarkan, Toko Kurnia kembali ramai diburu masyarakat.
Terlebih di masa-masa menjelang kemerdekaan, Ali selalu kebanjiran orderan. Bahkan belum lama ini ada pelanggan yang memesan umbul-umbul mencapai Rp 12 juta dalam sekali pesan.
“Pembeli ada yang sampai belinya jutaan, satu orang 12 juta, satu orang ada 5 juta. Gak bisa diprediksi pokoknya,” ungkap Ali.
Hingga kini, Toko Kurnia sudah eksis di Kauman selama 34 tahun. Berbagai dinamika dan lika-liku tentu tidak lepas mewarnai eksistensinya. Ali berharap, toko ini selalu ramai dan langgeng sebagai pusat penjualan bendera dan umbul-umbul di Kota Semarang.