INDORAYA – Setidaknya ada tiga guru di SMKN 10 Semarang yang mendapatkan beban mengajar lebih dari 40 jam pelajaran. Beban mengajar yang melebihi batas maksimal tersebut tak jarang membuat guru merasa kerepotan.
Tiga guru yang bekerja lebih dari 40 jam pelajaran ini mengajar di program keahlian Nautika Kapal Niaga. Penyebab utamanya, karena sulitnya mencari guru yang sesuai dan mumpuni pada bidangnya.
Saru di antaranya yaitu Helmi Yuhdana, guru mapel olahraga di SMKN 10 Semarang. Bahkan ia mengungkapkan, pada tahun lalu, selama satu semester, ia pernah mengajar hingga 75 jam pelajaran dalam satu minggu.
“Saat itu ada tenaga pengajar yang pensiun. Sehingga bertugas menggantikan kelasnya. Kendala di tubuh ya fisik tidak bisa dibagi,” kata Helmi saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan, guru yang mengajar melebihi 40 jam pelajaran membuat mereka harus bekerja lebih ekstra. Guru dituntut untuk memberikan materi yang padat dan membuat kegiatan belajar mengajar tetap berjalan.
Namun pria yang menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan ini tak patah arang. Lelah menjadi hal yang pasti. Namun tubuh harus tetap sehat agar bisa memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa.
Bagi Helmi, menjadi guru adalah panggilan hati. Ia tidak masalah tidak mendapakan tambahan insentif. Meskipun beban mengajarnya melebihi batas maksimal, yakni 40 jam mengajar dalam seminggu.
“Solusi dari kurikulum sekali mengajar langsung tiga kelas kalau satu kelas satu kelas saya harus lari-larian dan kurang efektif juga,” jawabnya saat ditanya mengatasi banyaknya jam mengajar.
Pihaknya pun mengaku bahwa pernah merasa kesulitan menginput nilai rapor. Karena harus memasukkan nilai pada 43 rombel kelas dengan jumlah siswa lebih dari 1500.
“Kalau mengajar bisa dibarengkan jadi lebih efektif. Tapi input nilai ini, siswanya banyak sekali jadi repot,” ungkap Helmi.
Terkait hal ini, ada dua permasalahan yang ditengarai membuat guru mengajar lebih dari 40 jam pelajaran. Yakni guru pensiun dan sulit mencari guru sesuai dengan bidang keahliannya. Terutama tiga guru di jurusan Nautika Kapal Niaga. Mereka harus mengajar pada enam rombel.
“Kami mengakalinya jam-jam yang produk kreatif dilemparkan ke guru mapel lain. Walaupun itu sebenarnya tidak linier. Terakhir dia dipatok diangkat 40 jam,” ungkap Kepala SMKN 10 Semarang, Ardan Sirodjudin.
Ardan mengatakan, untuk mengatasi permasalahan ini pihak SMKN 10 Semarang mengupayakan menurunkan jumlah siswa di jurusan tersebut. Selain itu juga menambah peserta didik di program keahlian yang banyak guru.
Pihaknya juga membuka dua program keahlian baru dalam mengantisipasi hal ini. Seperti bisnis digital dan manajemen logistik. Sampai sekarang masih dalam proses perizinan.
“Upaya yang dilakukan sekolah itu satu, yakni renggenering,” ucap Ardan.
Pihaknya pun berharap agar pelayanan dasar dapat terpenuhi. Guru PNS yang pensiun diharapkan dapat diimbangi dengan guru penempatan guru PPPK sesuai kebutuhan. Hal ini supaya kendala kekurangan guru segera tertutupi.
“Harapannya kalau kita butuh guru Nautika ya di kasih Nautika. Jadi teman-teman ngajarnya maksimal di angka 30 jam pelajaran,” ungkap Ardan.