Menengok Kampung Batik di Semarang, Perajin Batik Sebut Minim Regenerasi

Dickri Tifani
22 Views
4 Min Read
Turis Taiwan ini sedang melakukan pelatihan membatik di Kampung Batik Semarang, Senin (2/10/2023). (Foto: Dickri Tifani Badi/Indoraya)

INDORAYA – Kota Semarang tidak hanya terkenal dengan Lunpia saja, namun juga memiliki Kampung Batik yang berlokasi di Kelurahan Rejomulyo, Semarang Timur, tepatnya di dekat Bundaran Bubakan, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Bertepan dengan Hari Batik Nasional yang jatuh pada hari ini (02/10/2023), Indoraya mencoba berkeliling di seputaran Kampung Batik Rejomulyo Semarang ini.

Salah satu produsen batik, Siti Afifah menceritakan kisahnya selama menjadi perajin batik di Kampung Batik Semarang ini.

Ia mengatakan, saat ini permukimannya telah dikenal hingga mancanegara sebagai Kampung Batik Semarang. Namun, kata Siti, dirinya bersama perajin batik lainnya dihadapkan dengan permasalahan regenerasi.

Hal ini membuatnya khawatir jika hingga sampai saat ini belum ada yang berkenan untuk meneruskan seni batik Khas Semarang-an itu.

“Sampai sekarang anak dan sepupu saya belum ada yang mau meneruskan. Saya juga takut kalau batik hilang,” terang Siti saat ditemui di rumahnya, Senin (2/10/2023).

Siti berharap permasalahan regenerasi bisa segera diatasi oleh pemerintah mengingat batik merupakan warisan budaya Indonesia. Hal itu bertujuan agar anak-anak muda bisa tertarik dengan kesenian membatik, terutama di Kota Semarang.

“Saya takut kalau ada klaim dari negara lain lagi,” ungkap dia.

Meski regenerasi belum ada, Siti tetap melakukan upaya agar batik tetap lestari. Salah satunya, rumah produksinya diadakan pelatihan membatik untuk warga mulai dari pelajar hingga mahasiswa.

“Kalau orang luar yang pelatihan di sini banyak. Kadang sampai ratusan,” ujar Siti.

Siti juga menceritakan, pelatihan membatik di rumahnya itu sempat didatangi mahasiswa yang berasal dari 20 negara.

“Sini kalau yang ingin pelatihan banyak. Tapi saya bingung belum ada yang mau meneruskan,” imbuhnya.

Selama ini, ia mengaku penjualan kain batik rata-rata hanya terjual 5 kain dalam sebulan. Sehingga, Siti hanya mengandalkan pelatihan membuat batik untuk menghidupi tokonya.

“Kalau mengandalkan penjualan batik sedikit. Lima sebulan paling banyak,” paparnya.

Ditanya soal berapa tarif untuk pelatihan membuat batik, Siti biasanya mematok tarif sebesar Rp 50.000 bagi warga yang ingin berlatih membatik di tempatnya.

Dengan tarif segitu, warga langsung praktik membuat batik hingga jadi. Setelah itu, karyanya pun dibawa untuk warga yang mengikuti pelatihan.

“Nanti karyanya itu juga bisa dibawa pulang,” imbuh Siti.

Berbeda dengan Siti, Rini Sari Handayani salah satu perajin batik Kota Semarang  mengaku mendapat pesanan dari gereja dari seluruh Indonesia.

“Biasanya pesennya puluhan di setiap gereja seluruh Indonesia,” jelasnya.

Tak hanya dipesan untuk gereja saja, Rini juga mengungkapkan bahwa batik buatannya pernah diborong oleh mantan Wali Kota Semarang, Hendrar Pribadi dan istrinya saat melakukan kunjungan ke tokonya.

“Wali Kota juga pernah, saat itu langsung diborong banyak,” ujarnya.

Selain itu, ia memaparkan motif batik yang dibuat para perajin batik di Semarang ini sudah ada terobosan baru. Hal itu dilakukan agar pakaian batik bisa digunakan acara formal dan non formal. Terbukti, banyak anak muda yang sekarang membeli batik di tempatnya dengan pilihan motif yang lebih milenial.

“Ya selain para ASN dan anak sekolah, anak-anak muda juga pada cari. Biasanya cari warna yang tak mencolok atau halus,” paparnya.

Dia menjelaskan, motif batik di Kota Semarang mempunyai ciri khas sendiri dibandingkan dengan motif batik yang ada di daerah lain seperti Pekalongan dan Batang.

Motif Batik Semarang mempunyai cerita, yang digambar adalah icon-icon Kota Semarang yang saat ini masih eksis seperti Tugu Muda, Gereja Belenduk dan Sam Poo Kong.

Meski demikian, dia mengaku para perajin di Kampung Batik Semarang sendiri sebagian besar mengandalkan para wisatawan yang masuk ke Kota Semarang untuk kemudian mampir ke kampung batik membeli oleh-oleh.

“Pandemi sempat sepi, tapi sekarang berangsur membaik,” imbuh dia.

Share This Article