INDORAYA – Memasuki musim panen raya pada bulan Februari dan Maret, Komisi B DPRD Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menemukan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani anjlok. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Komisi B DPRD Jateng, Sumanto.
Ia mengatakan, harga gabah petani di Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Wonogiri, dan Kabupaten Sragen, mengalami penurunan di angka Rp 4.000 hingga 4.500 per kg. Sumanto menduga, penurunan harga juga terjadi di sejumlah kabupaten lainnya.
“Panen raya turun, harganya turun Rp 4.000 sampai Rp 4.500. Di daerah banyak, di Karanganyar, Wonogiri, Sragen, daerah-daerah lain sama. Hampir seluruh Jateng panen raya toh ini, ya harganya di kisaran Rp 4.000 sampai Rp 4.500,” ujarnya kepada Indoraya melalui panggilan WhatsApp, Jumat (03/03/2023).
Saat melakukan kunjungan ke sejumlah daerah, dirinya mengaku sering mendapatkan keluhan dari para petani. Harga gabah kering panen yang biasanya bisa mencapai Rp 6.000 per kg kini di kisaran Rp 4.000 sampai Rp 4.500 per kg.
“Kan ada gabah kering panen dan gabah kering giling. Kalau harga kering panen habis dipanen itu di harga Rp 4.000 sampai Rp 4.500. Kalau kemarin-kemarin pas tinggi itu bisa Rp 6.000-an,” ungkapnya.
Menurutnya, meskipun harga sudah sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah, namun petani belum mendapatkan penghasilan yang layak dengan harga tersebut. Apalagi, subsidi pupuk yang dibatasi dan mahalnya produksi petani.
“Di harga segitu itu petani belum dapat apa-apa, petani belum dapat penghasilan yang cukup dan harga beras pun masih tinggi,” ucap Sumanto.
“Kewenangan sudah pasar walaupun dinas sudah saya sampaikan, dinas gak bisa berbuat apa-apa. Jadi yang menyangkut adalah kebijakan pemerintah pusat,” imbuhnya.
Tidak hanya persoalan harga gabah yang anjlok, petani di sejumlah daerah di Jateng juga dihadapkan dengan masalah cuaca ekstrem dan bencana. Hal ini dinilai membuat petani terancam gagal panen dan turut mempengaruhi produksi hasil pertanian.
“Jelas kalau situasi gini, petani ada yang gagal panen karena kebanjiran. Berasnya juga gak bagus karena kena hujan saat menjemur padinya. Ada pengaruhnya terhadap hasil produk pertanian,” pungkas Sumanto.