INDORAYA – Momen sakral Hari Raya Idul Adha 1443 Hirjiyah yang jatuh pada Minggu, 10 Juli 2022 mengandung makna dan nilai-nilai spiritual yang patut direnungkan oleh seluruh umat beragama.
Memasuki peringatan ini, Ketua Forum Kerukunan Umat Bergama (FKUB) Jawa Tengah Taslim Syahlan mengajak seluruh masyarakat untuk memperkuat toleransi dan solidaritas sosial.
Meskipun Idul Adha merupakan hari besar umat Islam, Taslim menilai bahwa implementasai ibadah kurban juga melibatkan seluruh masyarakat dari berbagai latar belakang agama.
Hal ini dapat dilihat melalui pembagian daging kurban. Masjid-masjid yang melakukan penyembelihan hewan kurban diminta untuk mendistribusikannya kepada umat agama lain sebagai bentuk toleransi.
“Pada momen ini umat Islam yang berkurban harus peduli terhadap sesama, tidak hanya seagama saja. Daging kurban juga bisa didistribusikan kepada orang lain yang berhak menerimanya, tidak memandang Islam atau tidak,” katanya saat diwawancarai lewat telepon, Jumat (08/07/22).
Lebih lanjut, pembagian daging kurban juga sebagai iktikad memperkuat solidaritas sosial. Pengamalan ibadah kurban menjadi suatu komitmen untuk menjaga persaudaraan sesama manusia.
Menurut Taslim, apabila daging kurban dibagikan secara merata tanpa memandang latar belakang dan perbedaan agama, kerukukan antar umat beragama di Jawa Tengah dapat berjalan dengan baik.
“Selain itu, semua juga didorong untuk menguatkan moderasi beragama. Dan untuk menunjukkan ajaran agama yang baik ini kita bisa bermanfaat bagi sesama umat manusia tanpa tekecuali, seperti lewat pembagian hewan kurban ini,” lanjutnya.
Pada momen Idul Adha tahun ini, ia berpesan kepada seluruh masyarakat Jawa Tengah untuk terus memupuk sikap toleransi supaya tidak terjadi konflik seperti aksi kelompok Khilafatul Muslimin di Brebes beberapa waktu lalu.
“Aksi itu menjadi pelajaran kita bersama apalagi jelang tahun politik. Toleransi harus dikuatkan agar suasana tetap kondusif dan masyarakat hidup damai tanpa perpecahan,” kata dosen Universitas Wahid Hasyim Semarang tersebut.
Selain itu, Taslim juga mengatakan bahwa esensi beragama bukan hanya menjalankan ritual ibadah saja. Akan tetapi puncak kesalehan yaitu terciptanya hubungan sosial yang harmonis dan humanis dengan sesama umat manusia.
“Semua paket ibadah itu berimplikasi pada komitmen dan solidaritas kemanusiaan. Di samping hubungan vertikal (kepada Allah: red), ada juga hubungan horizontal (kepada sesama manusia: red) yang harus selalu ditingkatkan,” pungkasnya.


