INDORAYA – Kemacetan parah yang masih terjadi hingga saat ini di jalur Pantura Pati-Rembang imbas perbaikan jalan, membuat pengusaha truk mengalami kerugian. Bahkan dalam satu hari delay atau terlambat mengantar barang pesanan, pengusaha truk rugi mencapai Rp 1 juta.
Hal tersebut dikatakan oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Tengah (Jateng) – Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Bambang Widjanarko. Pihaknya mengaku hanya bisa pasrah dengan kemacetan yang terjadi terus berulang di jalur Pantura Pati-Rembang.
“Kalau dulu awal-awalnya pengusaha truk semua ngomel-ngomel, marah-marah, mengutuki sekarang sudah lebih legowo dan pasrah. Karena ternyata tidak bisa secepat itu penyelesaian jalan di sana. Tidak bisa secepat yang diharapkan oleh pengusaha truk,” ujarnya saat dihubungi Indoraya.news, Senin (27/11/2023).
Dia berkata, truk yang terjebak macet parah membuat para pengusaha merugi. Pasalnya barang pesanan terlambat diantar ke tujuan. Belum lagi muatan seperti sayur dan buah-buahan membusuk membuat pengusaha harus ganti rugi.
“Itu bener-bener membuat kerugian luar biasa, banyak muatan butuh diantar cepat, misal buah sayur atau makanan yang harus sampai semalam terpaksa busuk. Itu yang menanggung pengusaha truk, jadi bukan pemilik barang. Pemilik barang maunya kita ganti rugi,” beber Bambang.
Berdasarkan perhitungannya, truk yang delay atau terlambat mengirim barang imbas macet, dalam satu harinya bisa mengalami kerugian Rp 1 juta. Ini sudah termasuk membayar ganti rugi barang serta biaya makan dan tunggu sopir.
“Kurang lebih 1 truk delay (terlambat) 1 hari hasilnya truk hilang (rugi) Rp 1 juta. Ditambah uang makan sopir ditambah uang tunggu sopir. Kalau disuruh ganti muatannya busuk lebih parah lagi,” katanya.
“Jadi pertama kerugian delay satu hari omzet Rp 1 juta, ketambahan biaya uang makan dan tunggu sopir, ditambah uang ganti rugi barang yang busuk,” imbuh Bambang.
Dia bilang, truk yang sering melintas di Jalur Pantura-Rembang didominasi truk dengan muatan hasil bumi dan kerajinan UMKM. Selain itu juga muatan peralatan bangunan dan rumah tangga.
“Daerah sana (Pantura Pati-Rembang) umumnya kerajinan UMKM sama hasil bumi. Tapi tidak menutup kemungkinan misalnya barang pembangunan, seperti semen, besi, keramik, dan peralatan rumah tangga juga harus didistribusikan ke sana,” katanya.
Dengan kondisi kemacetan yang masih terjadi hingga saat ini, Aptrindo Jateng-DIY mendorong pihak berwenang, yakni Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) untuk segera mempercepat perbaikan jalur Pantura Pati-Rembang. Sehingga arus lalu lintas dan mobilitas kendaraan bisa lancar.
“Jangan sampai melupakan jalan nasional walaupun sudah ada jalan tol. Berikan perhatian luas terhadap jalan arteri atau jalan nasional karena masih banyak tempat-tempat yang harus dijangkau lewat jalan arteri atau nasional,” pungkas Bambang.