INDORAYA – Lulusan SMK yang menjadi penyumbang pengangguran terbanyak di Jawa Tengah (Jateng) menjadi ironi tersendiri. Padahal lulusan SMK dengan berbagai fokus bidang studi diharapkan menjadi salah satu penggerak dunia industri di Jateng.
Ketua Komisi E DPRD Provinsi Jateng, Abdul Hamid merasa prihatin dengan jumlah pengangguran terbuka di wilayahnya yang didominasi oleh lulusan SMK. Ia pun meminta SMK yang ada di Jateng untuk lebih memperkuat relasi dengan perusahaan.
“Link and match pihak perusahaan lebih dimantapkan lagi, kita buat yakin perusahaan bahwa lulusan itu menjadi tenaga yang potensial. Karena mereka itu punya standarisasi dari jurusan-jurusan yang mereka pilih. tinggal link and matchnya ini yang perlu kita kejar lagi,” ujarnya saat dihubungi melalui panggilan WhatsApp, Kamis (02/03/2023).
Sebelumnya, berdasarkan catatan dari Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jateng, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan pendidikan tertinggi rata-rata masih didominasi oleh lulusan SMK.
Berdasarkan data dari Disnakertrans, 8,42 persen lulusan SMK di Jateng pada tahun 2022 menjadi pengangguran. Angka ini diambil dari sebanyak 1,07 juta atau 5,57 persen warga Jateng yang menganggur di tahun 2022 lalu.
Menanggapi hal ini, Ketua Komisi E DPRD Jateng, Abdul Hamid memandang selain relasi dengan perusahaan, SMK perlu mningkatankan kualitas akademik dan pembelajaran. Di samping itu, fasilitas maupun sarana dan prasana juga perlu dilakukan pembaruan.
“Jurusan-jurusan yang diampu ini harus lebih diaktifkan dengan kebutuhan industri. Terutama di sarana prasarana yang bisa mengupgrade sesuai kebutuhan yang ada sekarang, juga untuk disiapkan mereka untuk mereka berwirausaha,” ungkapnya.
Menurutnya, selama ini SMK telah berkontribusi mencetak lulusan yang secara spesifik dan memiliki keahlian pada bidangnya. Sehingga yang harus didorong adalah sertifikasi pengakuan negara terhadap skill yang dimiliki di dunia kerja.
“Mereka ini bisa dikatakan mendektai ahlilah, ketika mereka sudah mengambil jurusan itu dari awalnya,” ucap Hamid.
Ia meminta, konsep Bekerja, Melanjutkan, dan Wirausaha (BMW) yang selama ini dikenal luas di kalangan SMK harus lebih diimplementasikan. Seperti pengawalan dan pengawasan sejak awal untuk membentuk siswa mampu menentukan pilihannya ketika lulus dari SMK.
Menurut Hamid, ada sejumlah faktor yang menyebabkan lulusan SMK turut menyumbang angka pengangguran di Jateng. Pertama yaitu faktor usia yang masih remaja, sehingga banyak lulusan SMK yang masih belum berani menentukan sikap ke depan.
“Ada faktor juga karena umur remaja menginjak dewasa ini mereka masih labil untuk memutuskan pilihan. Sehingga bagaimana itu betul-betul dikawal sejak awal. Bagaimana temann-teman SMK kalau meneruskan ya sampai tingkat insinyur,” tukasnya.
Lebih lanjut, pihaknya berharap agar SMK dapat meningkatkan relasi dengan berbagai perusahaan. Hal ini sangat penting supaya SMK menjadi sekolah yang lebih produktif dan langsung bisa dimanfaatkan di dunia kerja. Selain itu, para lulusan SMK juga harus bisa membuka diri dengan peluang lainnya.
“Kalau bekerja ya disinergikan dengan link and match dengan pihak perusahaan. Kemudian yang terakhir mereka bisa berwirausaha yang tentu kreativitasnya dituntut masing-masing, itu diperhatikan,” pungkas Hamid.