INDORAYA – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) Uswatun Hasanah menegaskan pentingnya mental kuat bagi lulusan SMK yang akan terjun ke dunia. Mental yang kuat dibutuhkan untuk menghadapi dunia kerja yang penuh dengan tantangan.
Hal tersebut dikatakan Uswatun Hasanah setelah dirinya mengetahui data dari Dinas Ketenagakerjaan (Disnakertrans) Jateng yang menunjukkan bahwa lulusan SMK mendominasi jumlah pengangguran terbuka di Jateng.
“Mentalnya harus mental yang bener-benar bisa menghadapi perubahan. Situasi dunia sekolah dan dunia kerja sangat berbeda,” ujarnya saat dihubungi melalui panggilan WhatsApp belum lama ini.
Data dari Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menyebutkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jateng berdasarkan pendidikan tertinggi rata-rata masih didominasi lulusan SMK.
Berdasarkan data dari Disnakertrans, 8,42 persen lulusan SMK di Jateng pada tahun 2022 menjadi pengangguran. Angka ini diambil dari sebanyak 1,07 juta atau 5,57 persen warga Jateng yang menganggur di tahun 2022 lalu.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa hard skill maupun soft skill belumlah cukup sebagai bekal setelah lulus. Menurutnya, mental harus diperkuat agar bisa menghadapi tantangan di dunia kerja.
“Memiliki mental yang baik kuat, tidak mudah menyerah pada kondisi dunia kerja. Karena sebenarnya yang dibutukan bukan hanya hard skill tapi juga soft skill,” ungkap Uswatun Hasanah.
Mental kuat bagi para lulusan SMK akan menjadi modal penting ketika lulus dari sekolah. Bukan hanya bagi mereka yang memilih bekerja saja, namun juga yang hendak melanjutkan pendidikan maupun merintis bisnis secara mandiri.
“Kami harap anak-anak SMK ini banyak yang bisa menggapai apa yang dicita-citakan, baik yang kuliah, bekerja, ataupun yang berwirausaha,” ungkap Uswatun.
Menanggapi jumlah pengangguran berdasarkan pendidikan tertinggi yang rata-rata masih didominasi lulusan SMK, Disdikbud Jateng meminta kepada seluruh kepala SMK di Jateng untuk menggenjot program tracer study, atau pelacakan jejak para lulusan sekolah.
“Banyak yang bekerja atau berwirausaha ini tidak terekam jejaknya pula. Kemudian kita harap satuan pendidikan bener-benar bisa melacak di mana lulusan dari SMK-nya bekerja itu di mana,” ujarnya.
Ia mengklaim, selama ini banyak lulusan SMK yang sudah bekerja di suatu perusahaan maupun menjadi pelaku wirausaha. Namun karena jejaknya tidak terlacak, hal inilah yang membuat data Disnakertrans menunjukkan bahwa pengangguran didominasi lulusan SMK.
“Ketika dikatakan SMK penyumbang pengangguran terbesar data itu adalah data yang menyandingkan antara jumlah lulusan SMK secara umum dengan jumlah lulusan SMK yang bekerja di jumlah usaha atau industri yang telat jejaknya,” katanya.
Rep: Ainun N./Red: A. Delina