INDORAYA – Gejala gangguan mental seperti depresi ringan maupun rasa cemas kerap dialami oleh para lanjut usia (lansia), terutama mereka yang hidup sendirian tanpa ditemani oleh anak atau keluarga di rumah.
Hal tersebut disampaikan oleh dr Dwi Rejeki Nursanti, dokter spesialis kejiwaan RSJD RM Soedjarwadi Klaten, saat memberikan layanan kesehatan jiwa dalam program Dokter Spesialis Keliling (Speling) yang berlangsung di Desa Wonoharjo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri.
“Banyak (gangguan kejiwaan) yang ditemukan adalah kecemasan dan depresi ringan. Dari 10 pasien, ada 7 sendiri yang datang di sini (konsultasi kecemasan dan depresi),” ujar dr Dwi dalam keterangan tertulis, Sabtu (11/10/2025).
Dwi menjelaskan, dari tujuh pasien yang mengalami kecemasan dan depresi ringan, sebagian besar adalah lansia yang tinggal seorang diri di rumah. Dari sepuluh pasien yang ia tangani, rata-rata berusia di atas 50 tahun.
Berdasarkan data pemeriksaannya, terdapat dua pasien berusia 65 tahun, dua pasien berusia 57 tahun, lima pasien berusia 50–51 tahun, dan hanya satu pasien berusia 40 tahun.
“Tadi ada dua orang yang merasa sendiri karena anaknya merantau semua. Agak depresi karena rindu pada anaknya,” kata dr Dwi.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa gejala seperti kecemasan dan depresi pada lansia masih bisa dikurangi dengan melibatkan mereka dalam aktivitas sosial bersama orang-orang seusianya. Misalnya melalui kegiatan pengajian, arisan PKK, posyandu lansia, dan kegiatan komunitas lainnya.
dr Dwi juga menilai bahwa program Speling yang diinisiasi oleh Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen merupakan langkah yang sangat baik.
Menurutnya, keberadaan dokter spesialis yang turun langsung ke desa-desa membantu masyarakat dalam mendeteksi berbagai penyakit, termasuk gangguan kejiwaan.
“Ada testimoni dari mereka (masyarakat) bahwa program Speling ini bagus buat masyarakat, karena bisa mengetahui kondisi kesehatan orang warga dengan cepat,” kata dr Dwi.
Selain program Speling, RSJD RM Soedjarwadi juga memiliki program Sapu Jagad. Melalui program ini, warga dapat melaporkan keberadaan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di lingkungannya. Rumah sakit kemudian akan melakukan penjemputan, pengobatan, terapi, serta pelatihan keterampilan bagi pasien sebelum dikembalikan ke masyarakat setelah sembuh.
Inisiatif tersebut sejalan dengan harapan Gubernur Ahmad Luthfi, yang menyebut bahwa Speling dirancang untuk mendekatkan pelayanan dokter spesialis hingga ke tingkat desa. Hingga September 2025, program Speling telah menjangkau 560 desa di Jawa Tengah dan terhubung dengan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) dari pemerintah pusat.
“Di desa-desa itu tidak banyak yang mengenal dokter spesialis. Speling yang diintegrasikan dengan CKG ini bukti hadirnya negara untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan basis desa. Ini akan terus kita lakukan,” kata Luthfi.
Luthfi juga menambahkan bahwa gangguan kejiwaan merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup sering terdeteksi dalam pelaksanaan program Speling dan CKG.
“Ini saya amati, yang banyak itu ternyata gangguan jiwa. Makanya dokter spesialis jiwa kita ikutkan di program Speling,” kata Luthfi.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah per 10 Oktober 2025, telah dilakukan skrining kesehatan jiwa terhadap 5.918.363 orang melalui program Speling, CKG, serta pemeriksaan di berbagai sekolah.
Dari jumlah tersebut, 32.735 orang (0,55%) menunjukkan indikasi depresi, sedangkan 28.846 orang (0,49%) menunjukkan gejala kecemasan.


