INDORAYA – Dinas Kesehatan Kota Semarang menyebutkan bahwa kualitas udara setempat sedang buruk atau tidak sehat sehingga masyarakat harus berhati-hati beraktivitas di luar, terutama kelompok sensitif.
“Kelompok sensitif; anak kecil, orang tua, orang yang punya riwayat penyakit asma, sakit paru disarankan kalau bepergian di luar pakai masker,” ujar Kepala Dinkes Kota Semarang, Abdul Hakam, di Semarang, Senin (28/8/23)
Pasalnya, berdasarkan data laman iqair.com, kualitas udara di Semarang rata-rata berada dalam kategori kuning hingga oranye. Adapun tingkat oranye terlihat pada Jumat (25/8) dengan nilai 142 AQI (indeks kualitas udara). Kemudian pada Sabtu (26/8) dengan 120 AQI, lalu Minggu (27/8) mulai kuning dengan 100 AQI, dan Senin 88 AQI.
Dari data tersebut, Abdul memprakirakan bahwa polusi udara masih warna oranye untuk sepekan ini. Di antaranya, pada Selasa (29/8) 143 AQI, Rabu (30/8) 128 AQI, Kamis (31/8) 135 AQI, Jumat (1/9) 121 AQI, Sabtu (2/9) 119 AQI, dan Minggu (3/9) dengan 102 AQI.
Dia juga menuturkan, pihaknya berharap AQI berada di bawah 50. Biasanya, kata dia, di daerah Mijen, Gunungpati memiliki kualitas udara yang lebih baik lantaran terdapat tanaman cukup banyak.
“Untuk 50-100 AQI ini sedang, di atas 100 AQI itu sensitif terhadap yang punya kerentanan,” tutur dia.
Ia mengingatkan bahwa polusi udara bisa berdampak bagi kesehatan, seperti batuk, flu, pusing. Sedangkan secara jangka panjang bisa mengakibatkan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) serta bronkopneumonia (BRPN).
“Di Kota Semarang, angka kasus BRPN, infeksi paru cukup tinggi. Pada Juli 2023, kasus tertinggi di rawat inap itu BRPN. Kasus tertinggi di puskesmas, klinik, itu ISPA,” jelasnya.