INDORAYA – BMKG Sumsel mencatat kualitas udara di Palembang memburuk karena tidak adanya curah hujan di musim kemarau, ditambah munculnya sejumlah titik api atau hotspot.
Oleh karena itu warga setempat diimbau untuk mengenakan masker medis agar terhindar dari paparan polusi.
“Sudah tiga hari berturut – turut, data harian PM 2,5 kami di atas Nilai Ambang Batas (NAB) 55 ug/m3. Terpantau rata-rata harian berkisar 70-90 ug/m3. Bahkan kondisi sesaat pada jam – jam tertentu ada yang mencapai lebih dari 200ug/m3,” kata Kepala Klimatologi Kelas I Sumsel, Wandayantolis, Senin (4/9).
Di sisi lain, Koordinator Observasi dan Informasi BMKG SMB II Palembang, Sinta Andayani menyebut jumlah hotspot di Sumsel beberapa hari terakhir mengalami peningkatan, terutama di Kabupeten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Ogan Ilir. Karena itu, asap tersebut terbawa angin masuk ke Kota Palembang.
“Residu dari pembakaran tersebut menyebabkan kualitas udara di Palembang cenderung tidak sehat. Jika bernafas tercium ada bau asap pembakaran, maka itu termasuk kategori udara tidak sehat,” papar dia.
Dengan itu, Sinta mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk memakai masker medis bila beraktivitas di luar ruangan.
“Selain memakai masker, saya juga mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan tidak membakar lahan agar titik hotspot dapat terkendali,” ujarnya.