Ad imageAd image

Kisah Sri Aniatun, Bangun Komunitas Wani Sinau untuk Jawab Keresahan Belajar Online

Dickri Tifani
By Dickri Tifani 895 Views
3 Min Read
Sri Aniatun Nakhlah. (Dok. Pribadi)

INDORAYA – Sri Aniatun Nakhlah pegiat pendidikan yang mendirikan Komunitas Wani Sinau bersama rekan-rekannya untuk menjawab keresahan akibat pembelajaran online selama Pandemi Covid-19.

Bermula saat Aniatun bersama rekannya mendengarkan keluhan orang tua selama anaknya belajar secara online. Minimnya akses hingga fasilitas untuk online yang membuat anak-anak mereka ketinggalan proses akademiknya.

“Warganya kesusahan di sekolah online. Namanya di desa gak ada sinyal. Kemudian, enggak ada fasilitasnya kurang mendukung. Nah disitu, ada keresahan itu termasuk warganya juga curhat ke Pak Yudi Setiawan. Dari situ kita rembukan bersama teman-teman dan beliau, bagaimana kalau kita bikin komunitas belajar aja,” ujar perempuan kelahiran Rembang 30 Juni 1999, Jumat (05/05/2023).

Mahasiswi Prodi Tadris IPA Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga ini menceritakan, akibat sekolah online membuat anak-anak di Dusun Bungas, Desa Kadirejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang tertinggal dalam hal akademik selama dua tahun.

Sebabnya pertama kali komunitasnya mengajar di sana, mereka menemui beberapa anak kelas 2 dan kelas 3 Sekolah Dasar (SD) tidak bisa baca tulis.

“Anak-anak masih ada yang mengeja. Contoh, huruf a kan sama angka 6 itu kan kebalik. Artinya, mereka ketinggalan akademik sama teknologi karena di sana susah sinyal,” ungkapnya

Untuk menjawab keresahan masyarakat tersebut, ia mendirikan Wani Sinau pada tanggal 14 Agustus 2021.

“Kita menjawab keresahan masyarakat di Dusun Bungas, Desa Kadirejo. Setelah kita menemukan keresahan warga mulai tanggal 14 Agustus 2021, kita sama mas Yudi, beberapa teman inisiatif dirikan Wani Sinau,” terang dia.

Aniatun mengatakan komunitasnya hadir untuk membantu anak-anak agar tidak tertinggal dalam dunia pendidikan. Dengan melakukan pembelajaran secara kontekstual salah satunya dengan berbasis lingkungan atau saintifik.

“Kita, duduk di balai dusun. Kita melakukan pembelajaran itu bareng-bareng. Kemudian, belajar dari lingkungan, ada apa di situ, kita belajar langsung praktik di sana. Kadang kadang, kita outbound dengan anak-anak biar mereka enggak jenuh,” katanya.

Aniatun mencatat, anak didik yang ikut belajar di komunitasnya ada 32 mulai dari kelas 1 SD hingga 9 SMP.

“Sekitar 32 anak anak, mulai dari kelas 1 sampai kelas 9. Dan tentor ada 30, karena kita bergantian setiap Minggu,” imbuhnya.

Sri Aniatun berharap, Wani sinau bisa memberikan kontribusi pendidikan ke seluruh Indonesia. Sehingga, masyarakat menjadi memilik akses pendidikan mudah.

“Jadi, tujuan wani sinau memberikan akses pendidikan seluruh masyarakat yang tertinggal. Semoga pendidikan di Indonesia lebih maju dan ramah untuk warga masyarakat yang berada desa tertinggal, lansia, difabel,” tuntasnya.

Share this Article
Leave a comment