Kerusakan Jalan Desa dan Jalan Usaha Tani di Indramayu Ancam Ketahanan Pangan

Redaksi Indoraya
20 Views
4 Min Read
Kondisi jalan usaha tani di Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu masih berupa jalan tanah

INDORAYA – Kondisi infrastruktur di beberapa desa di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, semakin memprihatinkan, khususnya pada jalan desa dan jalan usaha tani yang menjadi urat nadi perekonomian masyarakat.

Berdasarkan laporan terbaru, banyak ruas jalan di sejumlah desa mengalami kerusakan parah dan belum tersentuh perbaikan.

Di Desa Cikedung, misalnya, jalan aspal di Jalan Sela-Cidadap sepanjang 1.300 meter dengan lebar 3 meter rusak berat tanpa adanya perbaikan hingga saat ini.

Selain itu, Jalan Talang-Blok Cidadap yang merupakan jalan pertanian masih berupa jalan tanah yang menyulitkan petani dalam mengangkut hasil panen.

Sejumlah jalan desa dan jalan usaha tani di Desa Cikedung Lor, Kecamatan Cikedung, juga mengalami kerusakan, sehingga menyulitkan aktivitas warga dan petani setempat.

Jalan Siwalan dengan panjang 500 meter dan lebar 2 meter yang masih berupa jalan tanah menyulitkan akses masyarakat, terutama petani yang harus membawa hasil panen.

Sementara itu, Jalan Tengah Tarikolot yang memiliki panjang 250 meter dengan lebar 2,5 meter dilaporkan rusak sedang, namun tetap berdampak pada kelancaran mobilitas warga.

Jalan desa dan jalan usaha tani di Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat yang rusak parah menghambat aktivitas warga, terutama bagi petani yang sangat bergantung pada akses jalan untuk mengangkut hasil pertanian mereka.

Kondisi di jalan usaha tani di Blok Tamanan sepanjang 2.500 meter dengan lebar 2 meter masih berbatu. Hal ini menghambat pekerjaan para petani, terutama saat musim hujan ketika jalan menjadi licin dan sulit dilalui.

Selain itu, Jalan Desa di RW 03 sepanjang 3.000 meter dengan lebar 2 meter juga mengalami kerusakan serupa yang memperburuk aksesibilitas warga.

Sarifullana, salah satu Patriot Desa Indramayu mengatakan, kerusakan infrastruktur ini tidak hanya berdampak pada aktivitas masyarakat desa, tetapi juga memiliki implikasi serius terhadap ketahanan pangan.

“Jalan yang rusak menghambat distribusi hasil pertanian, meningkatkan biaya transportasi, dan berisiko menyebabkan hasil panen membusuk sebelum sampai ke pasar,” kata dia.

Dia menegaskan bahwa perbaikan infrastruktur pertanian harus menjadi prioritas pemerintah daerah. Jika dibiarkan, maka dapat mengganggu pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat.

“Jalan usaha tani yang rusak membuat petani kesulitan mengangkut hasil panen, menaikkan biaya produksi, dan mengurangi keuntungan mereka,” ungkap Ipul, sapaan akrabnya.

“Jika kondisi ini terus dibiarkan, ketahanan pangan masyarakat bisa terganggu karena rantai distribusi yang tidak efisien,” imbuh dia.

Ipul juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat desa dalam mempercepat pembangunan infrastruktur pedesaan.

Dengan akses jalan yang lebih baik, produktivitas petani diharapkan dapat meningkat. Selain itu harga pangan lebih stabil dan kesejahteraan masyarakat terjaga.

“Diharapkan langkah konkret segera diambil oleh pihak berwenang guna memastikan kesejahteraan petani dan keberlanjutan ketahanan pangan di Indramayu,” tegas Ipul.

Berdasarkan pendapataan, ada sejumlah titik lokasi jalan desa dan jalan usaha tani mengalami kerusakan. Seperti di Kaplongan, jalan usaha tani 750 x 2,5 meter masih berupa jalan tanah dan berbatu.

Di Jayawinangun, jalan desa berukuran 300 x 3,5 meter mengalami kerusakan yang menyulitkan petani dan warga setempat dalam aktivitas sehari-hari.

Di Amis, jalan desa yang menjadi akses menuju perkebunan dan peternakan sepanjang 2.000 x 3 meter mengalami kerusakan aspal berat dan belum ada perbaikan.

Di Jambak, akses jalan ke persawahan sepanjang 400 x 2 meter belum dilakukan pengecoran. Di Juntikedokan, beberapa ruas jalan usaha tani seperti di Blok Karang Ambah 200 x 2,3 meter dan Blok Buyut 350 x 2,5 meter rusak berat.

Kemudian jalan usaha tani di Lombang sepanjang 2.000 m x 2,5 meter masih berupa jalan tanah. Sementara jalan usaha tani di Blok Marjan 400 x 1,3 meter dan Blok Sicondol 800 x 2,5 meter masih berupa jalan tanah dan menghambat distribusi hasil panen.

Share This Article