Ad imageAd image

Kemenkes Ungkap 40 Persen Lebih Air Minum Isi Ulang di RI Positif E Coli

Redaksi Indoraya
2 Views
3 Min Read
air isi ulang (Foto: Istimewa)

INDORAYA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan bahwa lebih dari 80 persen akses air minum di Indonesia masih belum layak untuk dikonsumsi. Hanya ada peningkatan kecil pada akses air minum layak, yang naik dari 11 persen menjadi 20,49 persen pada 2023, berdasarkan hasil surveilans yang dilakukan oleh Kemenkes.

Temuan ini menjadi perhatian karena banyak sumber air minum yang digunakan oleh masyarakat, terutama yang berasal dari air isi ulang, terkontaminasi E. coli.

Direktur Penyehatan Lingkungan Kemenkes, dr. Anas Ma’ruf, MKM, menyebutkan bahwa perbedaan tingkat kontaminasi E. coli antara air minum isi ulang dan PDAM cukup signifikan. Di PDAM, cemaran E. coli tercatat sekitar 33 persen, sementara pada air minum isi ulang mencapai 45,4 persen.

“Jadi banyak rumah tangga yang dia lebih memilih air isi ulang untuk konsumsi sehari-hari, dibandingkan dari air PDAM yang kemudian dikonsumsi setelah dimasak,” beber dr Anas dalam konferensi pers Jumat (20/12/2024).

“Karena masyarakat Indonesia belum percaya dengan kualitas airnya, karena mungkin baunya, warnanya tidak baik, masalah dengan perpipaan, jadi dia ragu untuk menggunakan sebagai sumber air minum, ini memang menjadi pekerjaan rumah. Tetapi data kita menemukan cemaran lebih tinggi di air isi ulang,” tandas dia.

Anas menyebut air minum isi ulang yang dinyatakan positif E Coli bisa dipicu beragam faktor. Baik dari proses pengisian air isi ulang maupun kemasan yang digunakan.

“Air minum isi ulang, masih ada yang positif E coli, bisa dari sumber airnya, waktu pengolahan, mesinnya tercemar, galonnya tercemar, maupun tempat yang belum bersih sehingga masuk ke galon masih belum bersih,” tandas dia.

Padahal, air isi ulang paling banyak digunakan sebagai sumber air minum sehari-hari masyarakat, lebih dari 30 persen. Dampak mengonsumsi air yang tercemar E coli 73 persen memicu keluhan diare, sementara 15 persen lainnya berisiko menyebabkan masalah stunting.

Hal ini sejalan dengan temuan stunting yang masih berada di kisaran 21,5 persen, belum mencapai target 18 persen.

Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono menyebut pemerintah tengah mengkaji regulasi yang memungkinkan membuat air minum isi ulang lebih aman dan layak dikonsumsi.

“Kita juga sedang berkoordinasi dengan BPOM RI, untuk nantinya air isi ulang yang didapatkan dari depot-depot itu benar-benar aman,” tandas dia.

Share This Article