INDORAYA – Pengembanan Kawasan Industri Kendal (KIK) berhasil mengundang sebanyak 120 investor untuk menanamkan modalnya. Kawasan industri tersebut juga telah menyerap ribuan tenaga kerja.
Penanaman modal ini tercatat pada fase satu atau luasan lahan 1.000 hektar. Oleh karena itu kawasan yang juga berstatus ekonomi khusus atau KEK ini memulai perluasan lahan 1.200 hektar untuk menarik lebih banyak investor dan membuka lapangan kerja baru.
Direktur Eksekutif KIK Kendal, Juliani Kusumaningrum mengaku sudah mendapat banyak permintaan. Baik dari Penanam Modal Asing (PMA) maupun Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN).
Hal tersebut untuk mulai perluasan fase dua. Adapun pada fase pertama ini. Adapun jumlah lapangan kerja yang sudah dibuka, berhasil menyerap tenaga kerja mencapai 61.984 orang.
“Fase pertama, total 130 perusahaan bisa diserap dan jumlah tenaga kerja masih bisa mencapai 200 ribu. Ini sudah hampir selesai. Perluasannya fase dua cakupannya barat dan timur 1.200 hektar, posisinya sudah mulai,” katanya, belum lama ini.
Meski fase pertama hampir selesai, dari 120 pelaku usaha ini sebenarnya baru 42 yang memiliki status beroperasi. Sedangkan sisanya, yakni 22 kontruksi, tujuh pengembangan, empat tidak beroperasi, dua commissioning, dan sembilan permit.
“PMA dominasi, pertama China 39%, Indonesia 26 persen, ada Hongkong 21 persen, Taiwan 6 persen, terus South Korea 3 persen,” ungkap Juliani.
Kemudian untuk segmen usaha di KEK Kendal, sektor paling mendominasi ialah usaha feysen sebesar 29 persen. Kemudian ada automotive & renewable energy 19 persen, elektronik 17 persen, packaging 8 persen, food & beverage 6 persen, dan furniture 5 persen.
“Jadi kedepannya, peluang warga Kendal untuk karir di KIK tak hanya kerja kasar buruh. Karena perusahaan butuh human resource, network buat ekspor-impor. Kita juga ada database yang bisa diajak kersama selain Pemkab dan Dinas Tenaga Kerja,” katanya.
Adapun realisasi investasi pada fase pertama ini mencapai Rp86.57 trilliun. Menempatkan KIK di rangking tertinggi atau berada di atas Kota Semarang dan Kabupaten Batang.
“Dan Rp86.57 trilliun ini dengan kondisi belum semua operasi, ibaratnya baru 50% atau bahkan kurang. Jadi perluasan 1.200 hektar, tentunya capaian investasi akan lebih besar,” tandas Juliani.