INDORAYA – Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Semarang hingga Selasa (17/5/22) mencapai 398.
Dari total 398 kasus, sebanyak 246 laki-laki dan 152 perempuan yang terkena DBD. Jumlah ini meningkat dibandingkan bulan Mei tahun lalu yang hanya mencapai 68 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama pada anak-anak. Ketika mendapati gejala demam, nyeri kepala, bintik-bintik merah, pendarahan, mual dan muntah, diharap segera memeriksakannya.
“Penyakit DBD memang tahunan, apabila tidak diperhatikan maka resiko menjadi tidak tertolong sangat tinggi sekali,” ungkapnya.
Ia juga meminta masyarakat agar tidak menyepelekan penyakit ini. Pasalnya apabila DBD tidak segera ditangani, akan menyebabkan komplikasi dengue shock syndrome (DSS), gangguan sirkulasi yang bisa berdampak pada kematian.
Dinas Kesehatan Kota Semarang juga mencatat, jumlah kematian yang terjadi akibat virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti pada tahun ini mencapai 16. Paling banyak didominasi oleh usia 5 sampai 9 tahun dengan jumlah 10 orang. Sementara usia 1 sampai 4 tahun 1 orang, serta 5 orang di usia 10 sampai 14 tahun.
Sedangkan data jumlah kematian pada tahun 2021 terdapat 9 kasus. Kematian terbanyak masih didominasi usia 5 sampai 9 tahun, yaitu 5 orang. Sedangkan 1 sampai 4 tahun ada 2 orang, serta pada usia 10 sampai 14 dan 15 sampai 19 masing-masing 1 orang.
Hakam mengingatkan, ketika anak-anak terkena gejala DBD, harus terus dipantau dan diperhatikan, terlebih pada hari keempat sampai ketujuh yang masuk dalam masa kritis.
“Setelah hari itu apabila gejala hilang, dipastikan kondisi membaik. Kalau diperiksa darahnya hasilnya normal dan tidak turun, tandanya sudah terjadi pemulihan,” jelasnya.
Dengan naiknya jumlah penderita DBD tersebut, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengimbau seluruh warga Semarang untuk bersama-sama menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan agar tidak terkena DBD.
Warga Semarang diminta memperhatikan kebersihan di setiap lingkungan, baik di rumah, sekolah, maupun tempat-tempat yang terdapat genangan air agar tidak menjadi sarang dari jentik-jentik nyamuk DBD.
“Kalau kamar mandi ada uget-uget langsung dikuras dan dibersihkan. Kalau saluran depan rumah juga ada, laporan ke RT atau RW supaya kerja bakti agar kampung jadi bersih,” kata Hendi.