INDORAYA – Puluhan orang duduk rapi di Aula Sekretariat Perkoempoelan Sosial Boen Hian Tong (Rasa Dharma), kawasan Pecinan, Kota Semarang, Selasa (16/5/2023) siang. Mereka mengantre untuk sepiring nasi yang telah disajikan oleh pengurus Rasa Dharma.
Duduk di kursi, masing-masing orang tampak sabar menunggu giliran menerima makan siang gratis. Satu per satu dari mereka maju dengan tertib. Tidak ada yang berebut, semua mendapat jatah 1 porsi makan siang.
Sepiring makan siang itu dihidangkan oleh pengurus Rasa Dharma dalam gerakan sosial yang disebut “Kantin Kebajikan”. Digagas sejak tahun 2016 lalu, Kantin Kebajikan menyajikan 100 porsi makan siang gratis kepada masyarakat.
Penggagas Kantin Kebajikan Perkoempoelan Sosial Rasa Dharma kawasan Pecinan Semarang, Agung Kurniawan mengungkapkan, aksi ini bertujuan sebagai bentuk kepedulian sosial kepada sesama.
“Kantin Kebajikan itu makan siang gratis untuk kaum dhuafa. Sebenarnya bukan hanya dhuafa, tapi juga masyarakat sekitar. Ini sudah berjalan sejak 2016,” kata Agung Kurniawan, penggagas Kantin Kebajikan saat ditemui di Aula Sekretariat Rasa Dharma, Selasa (16/5/2023).
Aksi sosial Kantin Kebajikan diadakan setiap hari Selasa dengan membagikan 100 porsi makan siang gratis. Bertempat di Aula Sekretariat Rasa Dharma, Jalan Gang Pinggir, kawasan Pecinan, Semarang
“Sehari ada 100 porsi dibagikan. Menunya nasi sop, hari ini orak-arik, kadang telur, ikan, gak mesti, ganti-ganti. Ini rutin setiap hari selasa,” ungkap Agung.
Digagasnya Kantin Kebajikan bermula saat Agung dan teman-teman kelompoknya saling mentraktir satu sama lain secara bergantian. Waktu itu ia masih menjadi mahasiswa semester tiga di salah satu kampus di Semarang.
Agenda mentraktir sesama teman secara bergantian tersebut sempat berjalan beberapa kali. Namun lama-kelamaan, Agung merasa bahwa apa yang dilakukan bersama temannya justru merugikan.
“Aku merasa kalau traktiran itu makanannya ada yang sisa banyak dan gak fair karena kalau yang ngajak ke restotan lebih ramai daripada yang gak restoran,” katanya.
“Lalu saya sama seorang teman bikin Kantin Kebajikan, makan siang gratis untuk kaum dhuafa. Konsepnya pakai piring dan apa yang dihidangkan di kantin yang masak kami semuanya,” imbuh Agung.
Ia berkata, Kantin Kebajikan terbuka bagi semua orang. Warga setempat yang ingin mendapatkan sepiring nasi dari Perkoempoelan Rasa Dharma tinggal mengantre saja dengan tertib.
Pihaknya menyediakan kursi yang sudah diatur dengan rapi. Selain itu dalam membagikan makanan, juga dihidangkan dengan piring dan sendok. Menurutnya, hal ini memiliki maksud tersendiri.
“Kalau pakai piring kan face to face dan mereka semua duduk rapi, gak kececer. Kadang orang ngasih makan tapi kurang dimanusiakan, gak duduk pakai kursi, pakai sendok plastik,” ngkapnya.
“Kadang anak sekarang itu dilatih berempati dengan cara bagi nasi bungkus tapi ngasihnya kadang buang muka, kan gak enak. Tangannya ke kanan, mukanya ke kiri. Dan ada yang diberikan untuk publikasi,” imbuh Agung.
Menurutnya, selama tujuh tahun berjalan, program Kantin Kebajikan mendapatkan respon positif dari masyarakat. Ia berharap aksi sosial ini bisa terus berlanjut dan dapat membantu sesama manusia.
“Kami tidak membedakan suku, ras, dan agama, tidak membedakan itu. Kami tidak ngomong soal itu. Ini untuk kemanusiaan,” tandas Agung.