Jelang Pancaroba, Masyarakat Tetap Diminta Waspada Bencana

Sigit H
By Sigit H
12 Views
3 Min Read
Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko.

INDORAYA – Menjelang musim pancaroba, masyarakat Jawa Tengah tetap diminta waspada bencana. Dengan kondisi geografis yang “lengkap”, Jawa Tengah disebut sebagai supermarket bencana dan berpotensi terjadi di berbagai daerah.

Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko mengatakan meski sebagian daerah di Jawa Tengah sudah memasuki pancaroba peralihan dari penghujan ke kemarau, namun sejumlah daerah lain masih turun hujan dengan intensitas tinggi.

Hujan dengan intensitas tinggi diketahui menjadi salah satu penyebab terjadinya tanah longsor. Terutama di wilayah dengan kontur perbukitan.

“Antisipasi harus dilakukan. Sebagian wilayah di Jateng masih terjadi hujan dengan intensitas cukup tinggi. Maka ancaman longsor masih ada,” kata Heri Pudyatmoko.

Longsor terjadi di Kabupaten Wonosobo pada Maret 2022 lalu. Hujan lebat disertai angin kencang mengakibatkan tanah longsor di sejumlah wilayah di Kabupaten Wonosobo. Bahkan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonosobo mencatat ada 30 titik tanah longsor di pertengahan bulan lalu tersebut.

Ada material longsoran yang menimpa rumah warga, ada juga yang menutup badan jalan sehingga akses terganggu.

Politikus Partai Gerindra tersebut menekankan jika keselamatan warga harus menjadi prioritas. Maka langkah yang harus ditempuh adalah memperingatkan warga jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi. terutama warga yang tinggal di wilayah perbukitan.

Selain itu, pemerintah juga menjaga fungsi early warning system yang telah dipasang di wilayah-wilayah rawan bencana.

Perlu diketahui jika, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 5.402 kejadian bencana yang melanda Indonesia sepanjang tahun 2021 dengan komposisi mayoritas 99,5 persen dari kejadian itu merupakan bencana hidrometeorologi.

Jumlah kejadian tersebut didominasi antara lain bencana banjir yang terjadi 1.794 kejadian, 1.577 cuaca ekstrem, 1.321 tanah longsor, 579 kebakaran hutan dan lahan, 91 gelombang pasang dan abrasi, 24 gempa bumi, 15 kekeringan, dan satu erupsi gunung api.

Dari kejadian tersebut menyebabkan 728 orang meninggal dunia, 87 orang hilang, 14.915 luka-luka, 7.630.692 menderita dan mengungsi, 158.658 rumah rusak, 4.445 fasilitas umum rusak, 664 kantor rusak, dan 505 jembatan rusak.

Lima provinsi tertinggi kejadian bencana adalah Jawa Barat 1.358 kejadian bencana, 622 kejadian bencana di Jawa Tengah, 366 kejadian bencana di Jawa Timur, 279 kejadian bencana di Aceh, dan 272 kejadian bencana di Kalimantan Selatan.

“Melihat letak geografis Jawa Tengah, maka masyarakat wajib waspada dengan potensi bencana di lingkungannya,” tandas Heri Pudyatmoko. (Advertorial-HS)

Share This Article