Ad imageAd image

Jateng Sudah Tak Punya Bandara Internasional, Disporapar Klaim Tak Pengaruhi Kunjungan Wisatawan

Athok Mahfud
16 Views
3 Min Read
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah, Agung Hariyadi. (Foto: Dok. Athok Mahfud/Indoraya)

INDORAYA – Provinsi Jawa Tengah (Jateng) sudah tidak punya bandara internasional setelah status Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara Adi Soemarmo Boyolali beralih menjadi bandara domestik. Ini sesuai Keputusan Menteri Perhubungan 31/2024 tentang Penetapan Bandar Udara Internasional.

Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jateng, Agung Hariyadi mengatakan, pencabutan status bandara internasional menjadi domestik adalah kewenangan dari pemerintah pusat

Pihaknya mengklaim, peralihan ini tidak berpengaruh pada kunjungan wisatawan ke Jawa Tengah. Pasalnya wisatawan mancanegara (wisman) ebih sering mengakses bandara lain untuk berwisata ke Jateng.

“Tidak berpengaruh. Karena wisatawan ini masuk ke Jawa Tengah aksesnya kebanyakan justru dari YIA Bandar Udara Internasional Yogyakarta Kulon Progo, Jakarta, dan Juwanda,” katanya, Selasa (7/5/2024).

Terlebih, kata Agung, kunjungan wisman ke Jateng relatif stabil dan mengalami peningkatan. Berdasarkan data Disporapar Jateng, pada tahun 2022 lalu, kunjungan wisman ke Jateng sekitar 670 orang.

Lalu pada tahun 2023, jumlah kunjungan wisman berada di angka 900 orang. Dia berharap pada tahun 2024 ini terjadi peningkatan.

“Secara dampak pergerakan wisata dari mancanegara yang melewati penerbangan itu memang di Jawa Tengah relatif tidak begitu besar,” kata Agung.

Ia mengatakan, Pemprov hanya mengikuti kebijakan. Berdasarkan kajian pemerintah pusat, pergerakan perjalanan masyarakat dari negara lain ke Jateng lebih kecil dibanding dari Jateng ke mancanegara.

Karena itulah dua bandara internasional di Jateng, yakni Bandara Ahmad Yani dan Bandara Adi Soemarmo statusnya dicabut dan beralih menjadi bandara domestik.

“Informasi dari pusat kenapa status menjadi domestik itu setelah dikaji pergerakan perjalanan masyarakat dari antar negara terutama dari Jawa Tengah ke luar itu, lebih banyak pergerakan dari lokal ke mancanegara, dibanding orang luar negeri ke Jateng,” ungkap Agung.

Dia mengakui, pasca pandemi bandara internasional di Jateng juga menutup rute perjalanan ke luar negeri. Karena itu pemerintah telah berupaya melakukan kolaborasi dengan pelaku wisata untuk meningkatkan perjalanan wisman melalui akses terdekat. Yakni dengan menjual paket-paket wisata.

“Dan itu menjadi tantangan kita untuk bagaimana kita menyusun langkah strategi yang lebih kompetitis dengan melalui pintu masuk entah dari Jakarta, Surabaya, YIA, Batam dan sebagainya,” kata Agung.

“Dan kami akan membuat langkah-langkah strategis agar jateng tetap menjadi tujuan utama wisatawan, bahkan tidak hanya wisatawan tetapi kunjungan-kunjungan bisnis dan perjalanan lainnya,” imbuhnya.

Share This Article