Ad imageAd image

Hoaks Diprediksi Masih Jadi Senjata di Pemilu 2024, Diskominfo Jateng: Facebook Sangat Miris

Athok Mahfud
By Athok Mahfud 835 Views
3 Min Read
Ilustrasi anti hoax. (Foto: istimewa)

INDORAYA – Seperti halnya yang terjadi pada Pemilu 2019 lalu, penyebaran hoaks atau berita bohong di media sosial diprediksi masih menjadi senjata yang akan digunakan untuk menjatuhkan lawan politik yang berkontestasi dalam pesta demokrasi 2024 mendatang.

Hal ini dikatakan oleh Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Agung Hariyadi. Menurutnya, hampir semua platform berpotensi digunakan untuk menyebarkan hoaks.

Meskipun begitu, platform Facebook dinilainya menjadi sarang yang paling banyak digunakan untuk mejatuhkan lawan politik. Pasalnya, platform tersebut berjejaring, sehingga penyebaran berita bohong akan lebih mudah.

“Ketika saya pantau di Facebook itu saya melihatnya sangat miris. Beberapa orang dengan gampang dan entengnya menyebarkan berita-berita hoaks, terutama menjelang Pemilu 2024,” ujar Agung kepada Indoraya.news, Rabu (24/5/2023).

Menurutnya, Facebook bukan hanya menjadi sarang berita hoaks. Bahkan sesama pendukung calon legialatif maupun calon presiden bahkan tidak sungkan menyebarkan ujaran kebencian serta saling mengeluarkan makian.

Maka dalam situasi seperti ini, kata Agung, masyarakat harus cerdas dan bijak dalam bermedia sosial. Dibutuhkan daya kritis dan kejelian. Jika tidak, berita bohong yang diyakini oleh masyarakat dapat mempengaruhi pilihan politik.

“Kalau masyarakat pengguna Facebook tidak jeli dan teliti bisa terbawa arus ke hal itu. Dan dampak paling bahaya pada penyebaran hoaks dalam Pemilu 2024 adalah masyarakat berpotensi terpengaruh dalam memutuskan pilihanya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Diskominfo Jateng mengajak masyarakat untuk mewaspadai konten provokatif di media sosial jelang Pemilu. Pihaknya juga telah menyiapkan sejumlah program dengan menyasar masyarakat untuk mencegah peredaran hoaks.

Adapun langkah yang ditempuh Diskominfo Jateng di antaranya yaitu sosialisasi dan edukasi mengenai pencegahan hoaks. Hal ini melalui publikasi, sosialisasi, talkshow di radio, dan workshop literasi digital.

“Serta kegiatan pelayanan informasi kebijakan daerah melalui pentas seni yang disaksikan secara langsung oleh masyarakat. Selain itu Kominfo juga menjalin kerja sama dengan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo),” katanya.

Dijelaskan Agung, masyarakat harus bisa mengenali ciri-ciri berita hoaks. Seperti informasi yang berisi ujaran kebencian, sumber informasinya tidak jelas, menyerang psikologis pembaca, dan cenderung memojokkan pihak tertentu.

“Adanya informasi disampaikan secara fanatik akan suatu ideologi, kata-kata menimbulkan provokatif, dan tidak ada informasi maupun fakta yang aktual. Penulisannya tidak teratur misalnya banyaknya tanda seru, serta sumber tidak jelas,” ucap Agung.

Share this Article
Leave a comment