INDORAYA – Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Heri Pudyatmoko mengungkapkan bahwa sektor pangan dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peranan strategis dalam memperkuat perekonomian daerah, khususnya di Jawa Tengah. Dimana, tidak hanya menyokong sektor ekonomi, tetapi juga merupakan fondasi ketahanan sosial yang dapat mendorong pembangunan yang lebih merata dan berkelanjutan
Hal itu diungkapkannya pada forum diskusi mengenai pentingnya membangun daya saing daerah dalam sektor pangan dan UMKM di Banyumanik, Kota Semarang.
“Jika kita ingin daerah kita berdaya saing, kita harus memulai dengan memperkuat kedua sektor (red: pagan dan UMKM) ini,” tegasnya, Sabtu (25/1/2025).
Menurut Heri, untuk mencapainya, dibutuhkan strategi yang mencakup peningkatan kualitas produk pangan lokal, penguatan kapasitas UMKM, serta integrasi pasar lokal dan global.
“Daerah yang mampu menghasilkan produk pangan berkualitas dan memiliki UMKM yang tangguh adalah daerah yang bisa bertahan dan bersaing dalam kancah ekonomi global,” katanya.
Namun begitu, Heri menyebutkan beberapa tantangan utama yang menghambat pertumbuhan sektor pangan dan UMKM di Jawa Tengah. Salah satunya ialah minimnya akses pasar yang luas bagi produk UMKM.
Ia mengatakan, saat ini banyak produk lokal yang memiliki potensi besar namun kesulitan menembus pasar yang lebih luas. Selain itu, permasalahan dalam distribusi dan pemasaran produk lokal juga turut menghambat potensi pasar UMKM.
“Tantangan ini tidak hanya terletak pada produk yang belum memiliki daya saing, tetapi juga pada bagaimana kita menghubungkan produk tersebut dengan pasar yang lebih besar. Hal ini membutuhkan kebijakan yang mempermudah distribusi dan penguatan jaringan pemasaran,” ujar Heri.
Langkah Konkret

Heri juga menyoroti masalah akses permodalan yang sering menjadi kendala bagi banyak pelaku UMKM, terutama mereka yang baru memulai usaha. Banyak UMKM yang terhambat untuk berkembang karena kesulitan dalam mendapatkan kredit atau pembiayaan dengan bunga yang terjangkau dan tanpa jaminan yang memberatkan.
Namun begitu, Heri mengusulkan sejumlah langkah konkret untuk meningkatkan daya saing di kedua sektor ini.
Pertama, peningkatan kualitas dan kapasitas produk pangan dan UMKM melalui pelatihan dan pendampingan yang berbasis pada teknologi dan inovasi. Pelatihan tentang manajemen usaha, branding, serta pemasaran digital menjadi kunci untuk memperluas jangkauan pasar UMKM, sekaligus meningkatkan daya saing produk lokal.
Selain itu, Heri mendorong pentingnya integrasi teknologi informasi dalam distribusi dan pemasaran produk.
Menurutnya, UMKM harus memanfaatkan platform digital yang semakin berkembang untuk memasarkan produk mereka secara luas.
“Dengan teknologi yang tepat, produk pangan lokal dan produk dari UMKM dapat mencapai pasar global tanpa harus terbatas oleh jarak,” ujarnya.
Pentingnya infrastruktur yang mendukung juga tidak bisa dikesampingkan. Menurut Heri, penguatan infrastruktur distribusi barang dan layanan yang efisien sangat diperlukan. Salah satu caranya ialah dengan membangun pasar digital yang dapat menghubungkan langsung antara produsen dan konsumen, tanpa perantara yang banyak, yang seringkali membebani harga jual.
Sementara itu, kata Heri, pangan lokal harus menjadi prioritas utama dalam upaya memperkuat ketahanan pangan di Jawa Tengah.
“Pangan lokal yang berkualitas tinggi adalah modal utama yang harus kita manfaatkan. Kita harus memastikan bahwa sektor pertanian di Jawa Tengah bisa bersaing dengan produk impor, bukan hanya dari sisi harga, tetapi juga dari sisi kualitas dan keberlanjutan produksi,” jelas Heri.
Heri menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pelaku UMKM, dan masyarakat dalam menciptakan ekosistem yang kondusif untuk pertumbuhan sektor pangan dan UMKM.
“Kolaborasi ini juga berarti pemerintah harus mendengarkan lebih banyak masukan dari para pelaku UMKM. Dengan pendekatan yang berbasis pada dialog, kita bisa merancang kebijakan yang lebih tepat sasaran dan lebih efektif untuk mendukung kemajuan sektor ini,” pungkasnya.