Ad imageAd image

Heni Mustikaningati, Perempuan Pejuang Kemanusiaan asal Pati Dedikasikan Hidup Rawat Ratusan ODGJ

Athok Mahfud
1 View
5 Min Read
Heni Mustikaningati, relawan kemanusiaan dan mahasiswa Magister Profesi Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang diwisuda pada Sabtu (14/12/2024). (Foto: Athok Mahfud/Indoraya)

INDORAYA – Penghujung tahun 2024 menjadi momen berarti bagi Heni Mustikaningati. Perempuan 37 tahun itu baru menamatkan pendidikan masternya di Program Magister Profesi Psikologi Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang.

Perempuan kelahiran Pati ini merasa bahagia karena pada Sabtu (14/12/2024) dia bisa diwisuda bersama 362 lulusan lain di kampus yang kini berganti nama menjadi Soegijapranata Catholic University tersebut.

Kelulusan Heni Mustikaningati dari kampusnya ini melengkapi perjalanan hidupnya yang telah lama berjuang dan mendedikasikan diri sebagai relawan sosial dan kemanusiaan.

Di saat orang lain cenderung acuh dan menghindar saat berjumpa dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), dia justru ingin mendekat dan ingin merawatnya.

Sejak tahun 2007, Heni bersama suaminya Sukaryo Adi Putra mendedikasikan hidupnya untuk merawat ODGJ yang terlantar. Berbeda dengan orang lain pada umumnya, berinteraksi dengan ODGJ justru menambah energi dalam diri Heni.

Hingga kini, dia telah membantu memulangkan lebih dari 150 ODGJ yang terlantar kepada keluarganya. Atas dedikasinya ini, dia bahkan menerima penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden Joko Widodo pada tahun 2021.

Selain aktif menangani ODGJ, Heni juga mengelola Yayasan Darul Fathonah. Yayasan yang didirikan pada 2016 di daerah Pejaten, Krandon, Kabupaten Kudus ini, merupakan rumah terapi dan sekolah khusus bagi ABK.

Dia mengatakan, yayasan itu bergerak untuk memberdayakan para penyandang disabilitas. Hingga kini yayasan tersebut telah menangani lebih dari 55 siswa dari berbagai daerah di Jawa Tengah, seperti Kudus, Pati, hingga Brebes.

“Yayasan ini memberikan pendidikan dan terapi yang komprehensif untuk ABK, termasuk kegiatan seni, keterampilan sosial, hingga pelatihan adaptasi dengan masyarakat sekitar,” kata Heni saat gladi bersih wisuda di Kampus Unika Semarang, Jumat (13/12/2024).

Kanal YouTube Sinau Hurip

Aksi sosial yang dilakukan Heni bersama suaminya dalam merawat ODGJ itu didokumentasikan dalam kanal YouTube Sinau Hurip. Dibuat sejak 5 Oktober 2019, akun tersebut hingga kini memiliki 2,1 unggahan video dengan 1,79 subscriber.

Video-video yang terdokumentasikan dalam akun tersebut berisi tentang kisah Heni dan suaminya saat bertemu dengan para ODGJ di jalanan. Mulai dari mengajak makan, memandikan, berinteraksi, dan memulangkan ODGJ kembali ke keluarganya.

Melalui akun ini, Heni ingin memberikan inspirasi dan motivasi kepada masyarakat luas tentang pentingnya menghargai sesama manusia. Lewat akun Sinau Hurip, masyarakat diharapkan bisa belajar tentang kehidupan dari para ODGJ di jalanan.

“Pertama ngonten itu dengan anak difabel, tapi orang tuanya yang kita angkat karena dia inspiratif banget, anaknya ABK,” ujar dia.

Dia mengatakan, akun itu mulai berkembang pesat pada saat pandemi covid-19 yang membatasi pergerakan sosial. Masa pandemi dimanfaatkan oleh Heni dan suaminya untuk memproduksi konten media sosial berisi aksi aktivitasnya bersama ODGJ.

“Terus sampai sekarang alhamdulillah sudah ratusan ODGJ yang bisa pulang, bisa berobat dengan benar, terus tahu manfaat dari BPJS itu salah satu tujuan yang ingin kita sampaikan,” ucap dia.

Dia menceritakan pengalaman uniknya saat bertemu dengan ODGJ. Dia pernah menemukan ODGJ perempuan yang sulit untuk diarahkan. Bahkan butuh waktu lima bulan untuk bisa berinterkasi hingga ODGJ tersebut mau menceritakan latar belakangnya.

“Awal-awal kita menemukan ODGJ cewek sebenarnya koperatif tapi ya mendekatinya harus lama. Baru lima bulan sampai dia mau ngobrol, ngobrolnya muter-muter, baru kita bisa identiikasi,” ungkap dia.

Bahkan dia mengaku harus mengikuti ritme dan frekuensi ODGJ tersebut. Heni rela bertingkah layaknya orang gila di pinggir jalan untuk bisa mendekat dan menarik hatinya. Setelah mengetahui asal usulnya, barulah dia mengantarnya kembali ke keluarga.

“Saya harus mengikuti frekuensinya, rodok ngedan di pinggir jalan ngikutin gaya dia. Itu proesnya paling panjang dan kami masih berkomunikasi baik dengan keluarganya, terus berkabar dan ngirim foto,” tandas Heni.

Aksi sosial Heni Mustikaningati bersama suaminya tersebut dilakukan dengan tulus dan penuh kesabaran. Pihaknya berharap, hal ini bisa mengedukasi masyarakat bahwa ODGJ adalah manusia yang memiliki hak sama dengan manusia lainnya.

Share This Article