Harga Avtur Melonjak Tajam, Padahal Indonesia Bisa Produksi Sendiri, Mengapa Demikian?

Redaksi Indoraya
28 Views
3 Min Read
kilang minyak (dok. pixabay)
INDORAYA – Kenaikan harga tiket penerbangan akhir-akhir ini sedang melonjak tajam. Hal itu disebabkan oleh naiknya harga avtur, sehingga menambah biaya operasional maskapai.

Sebetulnya, avtur bisa diproduksi di kilang-kilang milik Pertamina. Hal itu diungkapkan langsung oleh Direktur Pemasaran Pusat & Niaga PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan.

Lalu mengapa harga avtur tetap mahal bila bisa diproduksi sendiri di Indonesia? Menurut Riva meski produksi dilakukan secara mandiri di dalam negeri, minyak mentah yang menjadi bahan bakunya tetap diimpor. Nah, minyak mentah saat ini sedang mengalami lonjakan harga signifikan.

“Memang avtur ini diproduksi kilang domestik Pertamina, namun minyak mentahnya kita impor. Harganya ini berpengaruh juga dari volatilitas dan fluktuasi nilai tukar kurs,” ungkap Riva dalam webinar Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (Apjapi), ditulis Senin (18/7/2022).

Riva menjelaskan gonjang-ganjing pasar global karena perang Rusia dan Ukraina mempengaruhi harga avtur. Stok minyak mentah dari Rusia berkurang, padahal negara itu menjadi salah satu produsen minyak besar di dunia.

Sementara itu permintaan minyak justru meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi dunia. Harga minyak mentah dunia yang tadinya paling mahal di US$ 60 per barel, kini melonjak di sekitar level US$ 100 per barel.

“Harga minyak mentah saja meningkat tajam, di mana kuartal I masih di angka US$ 60-an, sejak terjadi ketegangan Rusia dan Ukraina meningkat tajam. Sampai saat ini stabil di sekitar US$ 100 per barel. Tidak seimbang supply demand dan belum mampunya peningkatan produksi dari OPEC jadi masalahnya, maka stabil minyak di atas US$ 100,” papar Riva.

“Jadi trigger volatilitas harga diawali situasi geopolitik Rusia dan Ukraina dan berdampak pada ketidakseimbangan supply demand,” lanjutnya.

Bukan cuma harga minyak mentah yang mahal, sebagai negara kepulauan, pola distribusi avtur di Indonesia memang butuh ongkos banyak. Pertamina sejauh ini menyediakan avtur ke 69 bandara di Indonesia.

Yang paling singkat saja, dari kilang avtur harus diantar dengan kapal tanker menuju depo. Dari depo diantar menggunakan truk lagi ke bandara.

“Kami sampaikan juga, di Indonesia ini memang kompleksitas suplai dan distribusi BBM dan avtur sangat kompleks,” ungkap Riva.

Nah, dari kilang menuju bandara, alat angkut yang digunakan pun butuh BBM, misalnya truk angkut untuk jalur darat. Solar yang jadi bahan bakar truk itu saja harganya sudah mahal.

“Selain biaya produk avtur sendiri yang sudah mahal, di dalam hadirkan avtur itu ke 69 wilayah memang banyak gunakan alat-alat angkut transportasi darat yang bahan bakarnya terpengaruh harga minyak dunia juga,” papar Riva.

Harga avtur di Indonesia menang melonjak tajam, menurut pengakuan Susi Pudjiastuti selaku pemilik maskapai Susi Air, harga avtur sudah naik 50%. Eks Menteri Kelautan dan Perikanan itu memaparkan pada Januari avtur harganya cuma Rp 12.000, namun saat ini sudah mencapai Rp 18.197 per liter.

“Jadi sudah naik Rp 6.200 itu berarti sudah 50% kenaikannya. Plus PPN nambah 10%,” kata Susi dalam webinar yang sama.

Share This Article