INDORAYA – Forum Peduli Jawa Tengah menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Mencari Figur Pemimpin Jawa Tengah Pasca Ganjar-Yasin” di Up Peak Hotel Simpang Lima Semarang, Senin (21/8/2023).
FGD tersebut mengungkap tantangan calon pemimpin baru setelah periode kepemimpinan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen.
Calon pemimpin Jateng pasca Ganjar-Yasin yang akan dipilih pada Pilgub Jateng 2024 nanti diharapkan dapat mengatasi sejumlah persoalan. Mulai dari persoalan kemiskinan, investasi, pembangunan infrastruktur, hingga peningkatan SDM.
Tiga narasumber hadir dalam diskusi tersebut. Di antaranya pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip) Teguh Yuwono, Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jateng Harry Nuryanto Soediro, dan pengamat politik Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas) Joko J Prihatmoko
Menurut pengamat politik asal Undip Semarang Teguh Yuwono, salah satu tantangan calon pemimpin Jateng berikutnya yaitu persoalan kemiskinan. Isu kemiskinan dinilai menjadi topik hangat dalam Pilkada 2024 mendatang.
“Namanya kemiskinan, satu diangkat, yang satu turun, bergantian. Jadi ini sekarang jadi isu alat kampanye. Siapapun Gubernurnya, sama juga akan menghadapi ini,” ucap Wakil Dekan Bidang Akademik FISIP Undip tersebut.
Menurut Teguh, Jateng butuu calon pemimpin yang koordinatif. Hubungan baik antara Gubernur dengan Bupati maupun Walikota mesti terjaga. Pasalnya, Gubernur tidak akan bertindak langsung dalam menyelesaikan persoalan di daerah, melainkan melalui Bupati/Walikota yang bersangkutan.
“Gubernur tidak punya rakyat secara langsung. Itu yang punya kabupaten/kota atau tidak bisa intervensi secara langsung program masyarakat. Disparitas kemampuan memimpin Bupati kan beda-beda. Ada yang sat set (gesit) ada yang tidak. Ini akan dihadapi Gubernur mendatang. Kadang visi misi sama, tapi eksekusi tidak sama,” katanya.
Sementara itu, pengamat politik asal Universitas Wahid Hasyim, Joko J Prihatmoko kualitas SDM di Jateng yang kurang merata di masing-masing kabupaten/kota. Ia mengusulkan distribusi pendidikan yang merata, khususnya PTN di setiap Daerah Pemilihan (Dapil).
“Satu Dapil ada satu universitas negeri. Ini membuat distribusi sumber daya manusia lebih merata. Sekarang yang diuntungkan Dapil Jateng 1 saja, Undip ada Unnes ada, UIN ada, AKPOL ada, bahkan Politeknik saja ada dua,” ungkapnya.
Sama halnya dengan Teguh, komunikasi yang baik antarpusat dan daerah serta sifat integratif menjadi bekal penting yang harus dimiliki calon pemimpin pengganti Ganjar-Yasin.
“Saya berharap figur itu punya pengalaman di pusat, tapi mau mendengar problem di bawah. Ngapain punya gubernur yang punya banyak relasi di pusat tapi tidak mendengar yang di bawah? Komunikasi itu penting,” ungkap Joko.
Berbeda halnya dengan pengamat politik, Ketua Umum Kadin Jateng, Harry Nuryanto Soediro dari sudut pandang pengusaha memberikan perspektif baru terkait calon pengganti Ganjar-Yasin.
Ia berharap pemimpin Jateng selanjutnya dapat menjaga kestabilan ekonomi masyarakat. Calon pemimpin Jateng juga harus mau diajak berkomunikasi dengan pengusaha dan mendukung dunia usaha.
“Kadin Jateng berharap kestabilan ekonomi, gubernur mau mensuppot dunia usaha. Kami harap Gubernur mudah diajak ketemu komunikasi dengan pelaku usaha. Sehingga ekonomi terjaga, investasi yang sudah ini bisa stabil,” ungkap Harry.