Dugderan: Perayaan Harmoni Budaya Semarang Sambut Ramadan

Dickri Tifani
676 Views
3 Min Read
Kemeriahan Dugderan pada tahun 2024. (Foto: Pemkot Semarang)

INDORAYA – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang tengah mempersiapkan perayaan tradisi Dugderan 2025, yang akan digelar pada Jumat, (28/2/2025). Festival tahunan ini menjadi momen untuk mempererat tali persaudaraan budaya dalam menyambut bulan suci Ramadan.

Perayaan ini akan dimulai dengan arak-arakan yang berangkat dari Balai Kota, melewati Masjid Agung Semarang, dan berakhir di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Dugderan 2025 akan menghadirkan kemeriahan yang menggabungkan unsur sejarah, spiritualitas, dan kebersamaan masyarakat Semarang.

Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, menjelaskan bahwa tradisi Dugderan bukan hanya sekadar warisan budaya, tetapi juga sebagai simbol dari harmoni keberagaman di kota ini.

“Dugderan adalah cerminan dari harmoni budaya yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari Semarang. Tradisi ini mengingatkan kita bahwa perbedaan adalah kekuatan, dan Semarang adalah rumah bagi semua,” kata Agustina.

Perayaan Dugderan 2025 akan dimulai pada Jumat siang, usai salat Jumat, dengan acara meriah di halaman Balai Kota. Lonceng perayaan akan berbunyi sebagai tanda dimulainya acara, yang akan diikuti oleh ribuan peserta dari berbagai kecamatan, komunitas budaya, dan organisasi keagamaan dalam defile spektakuler. Acara ini akan semakin semarak dengan pertunjukan Barongsai Tay Kak Sie yang menampilkan perpaduan budaya Tionghoa.

Wali Kota Semarang akan memasuki arena dengan khidmat, menyaksikan Tari Trilogi Budaya Dugder yang menggambarkan semangat kota. Puncak acara terjadi ketika Wali Kota memukul bedug pada pukul 14.00 WIB, menandai datangnya bulan Ramadan. Euforia semakin terasa saat peserta Korsatpen melakukan flashmob dan seremoni pecah kendi serta pelepasan merpati sebagai simbol harapan bagi warga.

Setelah acara di Balai Kota, pawai budaya bergerak menuju Masjid Agung Semarang (MAS), menampilkan pasukan merah putih, warak raksasa, dan rampak warak. Para warga yang menyaksikan akan menikmati parade budaya yang megah. Setelah tiba di MAS, Wali Kota dan rombongan akan melaksanakan salat Ashar berjamaah.

Dalam suasana sakral, Wali Kota akan membaca Suhuf Halaqah, simbol spiritual bahwa Ramadan telah tiba. Bedug kembali ditabuh, menggema sebagai panggilan kebangkitan rohani.

Namun, perjalanan belum berakhir, rombongan akan melanjutkan perjalanan ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), di mana bedug terakhir akan dipukul dan balon udara dilepaskan, membawa semangat Ramadan ke langit.

Untuk mendukung kelancaran acara, Pemkot Semarang bekerja sama dengan berbagai pihak. Dinas Perhubungan akan mengatur arus lalu lintas, Dinas Kesehatan menyiapkan tim medis, serta aparat keamanan dari Polrestabes dan Satpol PP akan menjaga ketertiban.

Dugderan 2025 bukan hanya sebuah perayaan, tetapi juga pesta budaya yang menyatukan masyarakat Semarang dalam harmoni, sejarah, dan spiritualitas. Agustina juga mengajak masyarakat untuk hadir menyaksikan perayaan ini dengan tetap menjaga ketertiban dan kebersihan.

“Dugderan adalah milik seluruh warga Semarang. Mari kita rayakan bersama dengan penuh kebersamaan dan rasa hormat terhadap budaya kita,” tutupnya.

Perayaan tahun ini mengusung tema “Bhinneka Tunggal Budaya dalam Harmoni Dugder 2025,” yang mencerminkan keberagaman dan persatuan di Kota Semarang.

Share This Article