INDORAYA – Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang akan melakukan perbaikan dengan metode rigid pavement (betonisasi) di Jalan Pemuda, tepatnya di sekitar Halte Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang.
Kepala DPU Kota Semarang, Suwarto, mengungkapkan bahwa pembetonan jalan ini merupakan solusi jangka panjang setelah sebelumnya dilakukan perbaikan sementara menggunakan aspal.
“Kalau halte ini yang rusak parah kan di Jalan Pemuda. Memang kemarin kami sudah lakukan penambalan untuk perataan,” Suwarto melalui keterangan resmi yang diterima Indoraya, Rabu (5/3/2025).
Ia juga menambahkan bahwa proses pembetonan jalan akan dimulai pada Kamis (6/3) dan pengerjaan akan dilakukan secara bertahap di sejumlah halte yang terdampak kerusakan.
“Nanti (oleh Dishub) untuk sementara akan diarahkan ke mana pemberhentian halte-nya. Kan selama proses pembetonan sampai menunggu (kering) tidak bisa dilalui,” jelasnya.
Metode pembetonan dipilih sebagai solusi karena lebih tahan terhadap beban berat bus Trans Semarang yang sering berhenti dan berangkat dari halte.
“Kalau di halte itu kan tempat mengerem sama tempat mulai berangkatnya bus, kan mesti ada penekanan. Mengerem menekan, nanti berangkat juga menekan,” tambahnya.
Suwarto juga menuturkan bahwa metode ini telah diterapkan sebelumnya di Halte Trans Semarang Jalan Imam Bonjol dan terbukti efektif.
“Seperti dulu kan di (halte) Jalan Imam Bonjol Poncol, tapi sudah dibeton. Sekarang sudah enggak ada masalah. Mudah-mudahan Kamis (6/3) besok bisa kami mulai di Jalan Pemuda,” katanya.
Selain di Halte Pemuda, pembetonan juga akan dilakukan di dua titik lainnya, termasuk kawasan Simpang Lima.
“Ada tiga titik halte ya (yang dibeton-red). Kayak nanti di Simpang Lima, ini yang prioritas di Jalan Pemuda. Satunya nanti masih kami sisir lokasinya,” ungkapnya.
Kerusakan jalan ini sudah berdampak langsung pada kenyamanan dan keselamatan penumpang. Kondisi jalan yang tidak rata membuat BRT terguncang hebat, kehilangan keseimbangan, dan miring saat melintas.
Penumpang pun merasa terombang-ambing, seolah menaiki wahana ekstrem alih-alih transportasi umum yang seharusnya nyaman dan aman.
“Akibat jalan rusak, keseimbangan bus terganggu. BRT jadi miring, penumpang merasa tidak nyaman karena busnya oleng,” keluh Adi, seorang warga yang ditemui Indoraya di lokasi Halte BRT Trans Semarang Jalan Pemuda, Rabu siang.
Adi menegaskan bahwa sejak awal, solusi terbaik adalah pengecoran jalan, bukan sekadar tambal sulam yang hanya bertahan sementara. Menurutnya, perbaikan yang dilakukan selama ini hanya membuang waktu dan anggaran tanpa menyelesaikan masalah secara tuntas.
“Pemerintah itu kan diisi orang-orang pintar, masuk kerja saja pakai tes. Tapi kenapa jalan ini hanya ditambal, bukan dicor sejak awal? Kan sudah tahu dampaknya seperti apa,” tegasnya.
Adi juga mempertanyakan peran Dinas Pekerjaan Umum (DPU) yang seharusnya mampu memprediksi bahwa perbaikan tambal sulam tidak akan bertahan lama. Menurut informasi yang beredar, pengecoran jalan baru akan dilakukan pada Kamis (6/3/2025) besok.
“DPU seharusnya bisa memprediksi sejak awal bahwa jalan ini tidak akan kuat. Tapi kenapa baru sekarang mau dicor?” ujarnya.