INDORAYA – Senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Tengah (Jateng), Abdul Kholik, meminta program reaktivasi jalur kereta api Purwokerto-Wonosobo bisa menjadi prioritas 1. Program itu statusnya prioritas 3 dan rencananya bakal mulai difungsikan pada 2030 mendatang.
Abdul Kholik mengatakan, reaktivasi jalur kereta api Purwokerto-Wonosobo sangat diperlukan untuk meningkatkan akses dan pertumbuhan ekonomi. Khususnya pada kawasan selatan dan tengah di Jateng yang masih belum maksimal dalam akses darat.
“Kita mengajak semua stakeholder dari Dishub Provinsi, kabupaten, kota, dan juga dari Balai Teknik Perkeretaapian (DJP) untuk sama-sama membuka kembali hasil feasibility study-nya atau studi kelayakan tahun 2022,” katanya usai FGD di kantornya, Kamis (1/8/2024).
Abdul Kholik mengatakan, wilayah yang menjadi prioritas reaktivasi jalur KA, Abdul menyebut telah memiliki akses tol maupun laut.
Maka dari itu, ia menyatakan beberapa pemerintah daerah seperti Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, dan Cilacap telah sepakat untuk menyurati pemerintah melalui DJKA agar menjadikan reaktivasi Purwokerto-Wonosobo menjadi prioritas.
“Daerah sudah memberikan kesiapan dukungan untuk rancangan RTRW, Banjarnegara, Purbalingga sudah ada artinya daerah sudah ada kesiapannya,” ujar Abdul Kholik.
“Kami di level kebijakan pusat akan mendorong supaya benar-benar berdasarkan studi ini yang urgen jalur Purwokerto-Wonosobo karena yang lain sudah memiliki opsi lain,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Kelas 1 Semarang, Rudi Pitoyo, mengatakan, pembangunan kembali jalur KA tersebut diprediksi bakal menghabiskan anggaran Rp8 triliun.
Adapun jalur sepanjang 92 kilometer itu dinilai akan memberi manfaat ekonomi sebagai angkutan barang dan penumpang.
“Kalau dari feasibility study (studi kelayakan] kami [pembangunan] tahun 2030 ke atas, manfaatnya 2033 bisa dirasakan tergantung segmen 1-2 segmen terbangun ada manfaat,” ujar Rudi.
Dia menambahkan, jalur KA Purwokerto-Wonosobo sebenarnya merupakan lintasan kereta tua yang terakhir beroperasi sekitar tahun 1980.
Saat ini, pembangunan jalur KA itu menjadi prioritas ketiga setelah pembangunan jalur KA Rembang-Semarang dan Kedungjati-Tuntang karena ada beberapa kendala untuk melakukan reaktivasi, terutama terkait alih fungsi jalur KA.
“2044 forecast kami 12 ribuan penumpang. Nilai ekonomis pemanfaatan nanti sesuai kajian itu mendukung pariwisata, barang, dan penumpang wilayah itu. Dan kesukitan kami ada hambatan yang terbangun saat ini, perkembangan kota jadi hambatan pembangunan dan pertimbangan keselamatan juga jadi pertimbangan kami, teknis secara teknologi kereta api jadi pertimbangan,” ungkap Rudi.