Ad imageAd image

Disdik Kota Semarang Terus Maksimalkan Implementasi Kurikulum Merdeka

Dickri Tifani
By Dickri Tifani 877 Views
4 Min Read
Siswa tampak serius saat kegiatan belajar mengajar di kelas. (Foto: Dickri Tifani Badi/Indoraya)

INDORAYA – Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang terus mengimplementasikan kurikulum merdeka dengan berbagai kegiatan. Hal itu bertujuan agar penerapan kurikulum merdeka di Ibu Kota Jawa Tengah bisa maksimal baik guru maupun sekolahnya.

Kepala Disdik Kota Semarang, Bambang Pramusinto mengatakan pihaknya akan terus melakukan penerapan kurikulum merdeka di sekolah di wilayahnya. Misalnya kegiatan Semarang Mengajar yang digelar pada Rabu (03/05/2023), dimana guru dan kepala sekolah diberikan bekal untuk penerapan kurikulum merdeka.

Saat kegiatan Semarang Mengajar ini, kata Bambang, hadir untuk memberikan penguatan terhadap guru dan kepala sekolah.

Ia juga mengakui penerapan kurikulum merdeka di Kota Lunpia tersebut masih berproses sehingga masih diperlukan persiapan yang matang.

“Sudah berproses (penerapan kurikulum merdeka). Harapannya bu Wali Kota (Hevearita Gunaryanti Rahayu), kurikulum merdeka dimanfaatkan untuk bisa memberikan edukasi kepada anak-anak terkait pengenalan kotanya. Contohnya sejarah Kota Semarang, kota ini memiliki cerita dahulu berkembang karena terkenal dengan sebagai kota perdagangan dan jasa,” jelas Bambang saat dikonfirmasi Indoraya, Rabu (03/05/2023).

Kesempatan ini, Bambang mengutip dari cerita Wali Kota Semarang, bahwa dahulu Kota Semarang ada perpindahan pelabuhan dari Jepara ke Kota Lunpia. Setelah dipindahkan, Ibu Kota Jawa Tengah ini menjadi berkembang pesat.

Hingga akhirnya, Kota Semarang terkenal dengan sebutan kota perdagangan dan jasa. Bahkan, lanjut Bambang, jemaah haji kala itu pun berangkat dari Kota Semarang yang membuat ramai.

Dari situlah, kata dia pendatang-pendatang seperti dari China, India, serta Melayu pun berdatangan ke Kota Semarang.

Karena itu, kawasan Pelabuhan Semarang terdapat perkampungan etnis dari Melayu maupun China yang berkembang sampai sekarang.

Dengan adanya etnis tersebut, munculah ikonik Kota Semarang yaitu Warak Ngendog yang memiliki simbolis kulturasi budaya dari China, Arab, dan Jawa. Pasalnya, menurut Bambang dahulu tiga etnis ini sangat mendominasi di Kota Semarang.

Dari cerita tersebut, Ita (sapaan akrab Wali Kota Semarang) ini berharap kurikulum merdeka bisa memanfaatkan sejarah melalui kegiatan yang menyenangkan.

“Tadi bu Wali menawarkan, kami (Pemkot Semarang) punya bus. Monggo dimanfaatkan untuk jalan-jalan ke Kota Lama, Maerokoco, Desa Wisata Kandri. Sehingga, anak-anak diajari banyak hal termasuk sejarah dan budaya,” ucap Bambang.

Apalagi kata Bambang saat ini dunia pendidikan di Indonesia sudah menerapkan kurikulum merdeka yang implementasinya akan terus pihaknya lakukan.

“Iya (terus implementasikan) benar-benar kami manfaatkan. Karena sambutan Pak Menteri (Nadiem Anwar Makarim) itu menyampaikan pelajar termasuk mahasiswa itu jangan hanya terjebak di teori, tapi praktik di kehidupan sehari-hari mereka pelajari juga,” ujar Bambang.

Hal tersebut bertujuan supaya bisa menjadi bekal pengalaman bagi anak-anak pelajar. Misalnya, belajar urban farming agar kedepannya bisa menjadi petani sukses.

Artinya, anak-anak peserta didik bisa merubah mindset masa depannya agar tidak hanya menjadi pekerja.

Disinggung soal berapa jumlah sekolah yang akan menerapkan kurikulum merdeka, Bambang menjelaskan semua sekolah yang dinaungi oleh pihaknya menerapkan kurikulum merdeka. Meski, ia mengaku masih belum maksimal dan masih berproses agar bisa efektif.

“Belum maksimal, masih berproses. Jadi, banyak hal yang perlu diajarkan dalam kurikulum merdeka ini. Nah materi-materi itu juga perlu dikonsep. Apa kira -kira yang disampaikan ke anak-anak. Harapan kami, kurikulum merdeka bisa terpadu,” imbuh Bambang.

Selain itu, pihaknya sudah menyiapkan guru yang profesional melalui guru penggerak untuk menerapkan kurikulum merdeka meski jumlahnya belum banyak.

“Ada sekitar 150 guru penggerak di Kota Semarang, belum banyak presentasenya masih kecil. Cuma, kami sudah meminta agar guru yang lolos guru penggerak bisa memberikan ilmu ke teman-teman lainya yang belum masuk. Supaya metode pengajaran mereka dapatkan bisa diimplementasikan,” papar dia.

Terakhir, Bambang berharap guru di Kota Semarang agar bisa meningkatkan kapasitasnya melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG).

“Kurikulum merdeka ini, kita harapkan guru selalu bisa aktif untuk meningkatkan kapasitasnya, baik lewat program pemerintah atau mengupayakan sendiri,” tuntasnya.

Share this Article
Leave a comment