Ad imageAd image

Dikira Demo, Puluhan Buruh SPSI Kota Semarang Hadiri Wisuda Rekannya

Dickri Tifani
By Dickri Tifani 12 Views
3 Min Read
Puluhan buruh yang tergabung dalam Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Kota Semarang tiba-tiba muncul dalam perayaan wisuda Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, pada Sabtu (16/9) kemarin siang. (Foto: Dickri Tifani Badi/Indoraya)

INDORAYA – Puluhan buruh yang tergabung dalam Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Kota Semarang tiba-tiba muncul dalam perayaan wisuda Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, pada Sabtu (16/9) kemarin siang.

Mereka yang mengenakan seragam kebesaran, dua pasang spanduk dibentangkan di depan Fakultas Hukum Unissula Semarang, ternyata bukan menggelar aksi demontrasi ataupun unjuk rasa menyampaikan tuntutan.

Melainkan untuk memberikan ucapan selamat karena ada salah seorang pengurus yakni Ketua SPSI Kota Semarang, M. Muhron pada Sabtu siang itu ikut diwisuda.

Alasannya mereka berkumpul di depan Fakultas Hukum, yakni dikarenakan tempat M Muhron menempuh pendidikan sarjana.

Pengamatan di lokasi, suasana seperti melakukan aksi berdemonstrasi, namun terlihat dari wajah mereka justru tidak marah, melainkan menunjukkan kegembiraan.

Tak butuh waktu lama, Ketua SPSI Kota Semarang tersebut menghampiri rekan-rekannya yang sudah menanti di depan Fakultas Hukum Unissula. Saat menghampiri, M Muhron masih menggunakan toga.

Setelah itu, satu per satu dari mereka memberikan ucapan selamat. Bahkan, ada juga yang menghadiahinya dengan memberikan sebuah buket kopi sachet yang mengandung filosofi kesederhanaan, yakni menggambarkan kehidupan buruh.

Kemudian, M Muhron berorasi di hadapan anggotanya. Dalam orasinya, ia mengatakan bahwa apa yang menjadi motivasi dirinya mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.

Hal itu, karena M Muhron ingin memperjuangkan nasib kaum buruh yang mengalami masalah hukum.

Dia juga mengakui pendidikannya dimulai dari kesetaraan paket B, paket C hingga kini lulus sebagai seorang sarjana hukum. Saat ini, menurut Muhron hubungan industrial kerap terjadi konflik kepentingan antara pekerja dan perusahaan.

Di saat buruh sedang tertimpa masalah hukum dipastikan harus menggunakan jasa pengacara. Hal inilah yang menjadi kendala tersendiri bagi kaum buruh, terutama dari segi biaya.

“Itu yang mendorong memotivasi saya untuk bersekolah, minimal bisa membantu kawan buruh bukan hanya di pengadilan tapi hingga kasasi. Awalnya tidak tahu dunia hukum sekarang bisa memahami,” ujar M. Muhron saat ditemui wartawan, termasuk Indoraya, Sabtu (17/9/23) siang.

M Muhron juga mengajak kepada para buruh agar bisa menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Meski hal ini dinilai tidak mudah, karena masih adanya kendala faktor ekonomi.

Ia pun menegaskan apabila rekan-rekan buruhnya akan menempuh pendidikan tinggi, tentunya harus memiliki semangat dan motivasi.

“Bukan hal mudah memberikan kesadaran faktor utama ekonomi, belajar menabung untuk persiapan kuliah, di Unissula memberi ruang aktivis dan buruh agar tetap bisa kuliah, persoalan biaya bisa sangat mudah dinegosiasikan,” ungkapnya.

Adapun solusi untuk buruh yang akan mendapatkan pendidikan tinggi masih terkendala biaya, pihaknya mempunyai terobosan yakni bergotong royong dari segi biaya kepada buruh yang ingin berkuliah.

“Biaya saling membantu, buruh harus cerdas, bermartabat dan bisa beracara di pengadilan,” paparnya.

Sebagai informasi, buruh yang tergabung dalam SPSI Kota Semarang yakni di tahun 2023 ini ada empat orang yang mulai perkuliahan.

Share This Article
Leave a comment